SuaraJogja.id - Perang antara Israel dan Hamas merupakan yang terbaru dalam tujuh dekade terakhir dalam konflik antara Israel dan Palestina. Konflik berkepanjangan ini menyisakan duka dan kekhawatiran tak berujung bagi sebagian pihak.
Termasuk Mohammed Albohisi yang merupakan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) asal Gaza, Palestina. Saat ini keluarganya tinggal di Kota Gaza namun sebagian besar hidup mereka berada di Deir Albalah.
Mohammed bercerita terakhir kali berkomunikasi dengan keluarganya di Gaza pada dua hari yang lalu. Disampaikan Mohammed bahwa keluarganya dalam kondisi yang ketakutan dengan situasi sekarang.
"Sejujurnya terakhir kali saya berkomunikasi dengan keluarga saya, dua hari yang lalu dan sejujurnya mereka takut karena situasinya sangat buruk. Mereka bahkan mengatakan kepada saya hal semacam ini atau pengeboman, yang belum pernah kami lihat sebelumnya," kata Mohammed dikutip Jumat (13/10/2023).
Digambarkan Mohammed bahwa konflik kali ini berbeda dalam artian taraf yang lebih kejam. Ada banyak orang yang tidak bersalah menderita karena peperangan ini.
Jika sebelumnya mungkin orang-orang di Gaza masih bisa berpindah tempat untuk sekadar mengungsi sementara waktu. Namun sekarang hal itu akan sangat sulit untuk dilakukan.
"Serangan terjadi dimana-mana, jadi tidak ada tempat yang bisa menyelamatkan kita sekarang. Semua orang bisa terkena pengeboman ini. Jadi mereka sangat ketakutan," tuturnya.
Mohammed mengkhawatirkan keponakan-keponakannya yang masih berumur belia di sana. Mengingat situasi saat ini sangat berdampak pada anak-anak.
"Mereka akan mulai menangis. Mereka akan takut. Rasanya seperti hancur dan tentu saja, ini buruk bagi kesehatan mental mereka. Saya tahu hal ini juga tidak baik bagi orang dewasa, namun Anda dapat membayangkan betapa hal ini dapat berdampak buruk bagi anak-anak. Jadi sebenarnya mereka tidak baik-baik saja," ungkapnya.
Jika ada beberapa media yang kemudian menyampaikan bahwa masih ada tempat aman di Gaza, kata Mohammed, hal itu tidak sesuai kenyataannya. Ia menyebut tidak ada tempat aman bagi orang-orang untuk bersembunyi di Gaza.
"Distrik ini terlalu kecil. Pengeboman ini sangat besar dan sejauh ini, ratusan anak-anak terbunuh dan sayangnya salah satu keluarga atau anggota keluarga kami, dan teman kami bisa ada dalam daftar tersebut kapan saja," ucapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Kisah Ironis di Jogja: Bantu Ambil Barang Jatuh, Pelaku Malah Kabur Bawa Dompet dan Ponsel
-
Jaga Warga Diminta Jadi Pagar Budaya Penjaga Harmoni Yogyakarta
-
DANA Kaget Spesial Jumat Berkah untuk Warga Jogja: Rebutan Saldo Gratis Hingga Rp199 Ribu!
-
Pengujian Abu Vulkanik Negatif, Operasional Bandara YIA Berjalan Normal
-
Tabrakan Motor dan Pejalan Kaki di Gejayan Sleman, Nenek 72 Tahun Tewas di Lokasi