Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 08 November 2023 | 15:05 WIB
Sejumlah SDM pariwisata DIY mengikuti uji kompetensi profesi di Stipram Yogyakarta, Rabu (8/11/2023). [Kontributor Suarajogja.id/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang pariwisata seringkali mengalami kesulitan bekerja di level ASEAN. Mereka terkendala tak memenuhi prinsip dan protokol ASEAN Guiding Principle (AGP) untuk penjaminan mutu dan pengakuan sistem sertifikasi serta mendukung ASEAN Tourism Professional Registration System (ATPRS).

"Banyak sdm yang belum tersertifikasi, mereka kesulitan karena belum tidak mengikuti uji kompetensi yang sesuai ASEAN toolboxes training. Ini semacam modul untuk menguji kompetensi sdm di bidang pariwisata yang harus diberikan untuk bisa bekerja di asean," ungkap Direktur Lembaga Sertifikasi Profesi PARSI, Lastiani Warih Wulandari disela uji kompetensi SDM Pariwisata di Yogyakarta, Rabu (8/11/2023).

Dicontohkan Lastiani, tenaga kerja Indonesia sulit kerja di Thailand. Negara tersebut menolak SDM Indonesia karena tidak memiliki sertifikasi pariwisata di level ASEAN.

Minimnya tenaga kerja Indonesia yang memiliki sertifikasi selevel ASEAN karenanya kurangnya sosialisasi. Padahal di era perdagangan bebas ini, banyak tenaga kerja asing bisa keluar masuk negara dan bekerja di lintas negara. Bila dibiarkan maka SDM pariwisata Indonesia bisa kalah saing dengan tenaga kerja asing yang memiliki sertifikasi selevel ASEAN, bahkan lebih luas.

Baca Juga: Terbuka Lintas Kawasan, 5 Negara Ini Diprediksi Bakal Gabung di Piala AFF

"Sosialisasi ini yang penting dilakukan karena sertifikasi di tingkat asean sesua asean toolsboxes itu wajib. Ada banyak standar yang harus dipenuhi," kata dia.

Selain kurangnya sosialisasi, modul ASEAN Toolsboxes yang berbahasa Inggris juga menyulitkan tenaga kerja Indonesia. Keterbatasan bahasa yang membuat mereka kemudian memilih tidak mengikuti sertifikasi di level ASEAN.

Karenanya Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) meminta kerjasama sejumlah pihak, termasuk perguruan tinggi untuk meningkatkan kompetensi mahasiswanya melalui kurikulum. Dengan demikian mereka bisa memiliki kompetensi di tingkat global.

"Karenanya kita coba membuatkan modul asean toolboxes dengan bahasa indonesia, kita juga sudah mulai sosialisasikan," ungkapnya.

Sementara Wakil Ketua 1 Bidang Akademik Stipram Yogyakarta, Amin Kiswantoro mengungkapkan, kampus itu menjadi tuan rumah penyelenggaran uji kompetensi SDM pariwisata di DIY. Sebanyak 150 tenaga kerja di sektor itu mengikuti uji kompetensi selama tiga hari kedepan.

Baca Juga: 7 Orang Terkaya di ASEAN 2023, Peringkat Pertama sampai Ketiga dari Indonesia!

"Ujian sertifikasi ini meliputi tiga skema, yakni food production, waiters dan home attendant. Ini sekaligus sebagai syarat dapat diterima sebagai karyawan, sekaligus pengakuan bahwa SDM Pariwisata memang berkompeten di bidang-bidang tersebut," kata dia

Amin menambahkan, kampus yang bergerak di bidang pendidikan pariwisata berupaya mendorong mahasiswanya lulusannya untuk memiliki setidaknya satu sertifikat uji kompetensi. Mereka bekerja sama dengan beberapa LSP untuk membekali mahasiswa ketika lulus agar memiliki sertifikat kompetensi dari BNSP.

"Selain diakui kompetensinya, mereka nantinya juga memiliki nilai jual lebih ketika terjun di dunia industri," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More