Scroll untuk membaca artikel
Yohanes Endra | Diwanna Ericha
Jum'at, 01 Desember 2023 | 13:46 WIB
Jeremias Nyangoen (kiri), Rizka Shakira (kanan) JAFF Jogja 2023 [Diwanna Ericha]

Film berdurasi 108 menit itu membuat penonton kesal, gemetar, tertawa, dan menangis sampai ada ibu-ibu yang tidak dapat mengendalikan tangisnya usai pemutaran film selesai.

“Ada satu ibu-ibu tadi, saya suruh Ezra kejar. Zra, kejar. Dia (ibu-ibu itu) ngomong sama saya, huuu..huuu... (menangis tersedu-sedu). Saya peluk saja. Iya, iya, nggak usah ngomong, nggak usah ngomong, terus dia bilang, ‘Terima kasih ya pak’. Saya panggil Ezra suruh dia wawancara (ibu-ibu itu),” beber Jeremias.

Merlinda Dessy Adoe atau yang juga dikenal sebagai Linda Adoe berharap, film Women from Rote Island dapat menggerakkan hati banyak orang untuk menghentikan aksi kekerasan seksual.

“Harapannya, untuk semua perempuan atau laki-laki yang mengalami kekerasan seksual atau pelecehan seksual, di mana pun, film ini untuk kalian, kita ada untuk kalian, dan untuk kalian semua harus berani bicara, harus berani lapor, itu,” kata Linda Adoe.

Baca Juga: Menelusuri Skandal Panti Jompo di Hong Kong Lewat Jurnalisme Investigasi dalam Film In Broad Daylight

“Karena banyak orang-orang yang mengalami hal seperti itu, tapi mereka malu, tidak berani, karena menganggap itu aib dan sebagainya, khususnya kayak di Rote, di Rote kan seperti itu, masih banyak orang yang belum berani untuk melapor,” tutur Linda Adoe.

Sebagai informasi, Women From Rote Island menggambarkan tentang kehidupan pilu sebuah keluarga yang terdiri dari tiga perempuan, yaitu Orpha (ibu), Martha (anak pertama), dan Bertha (anak kedua). Suami Orpha meninggal dunia, namun tidak segera dimakamkan karena menanti kedatangan si sulung yang masih bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Malaysia.

Usai kepulangan Martha, barulah suami Orpha dimakamkan. Namun, kondisi Martha tidak baik-baik saja. Ia tengah depresi akibat kekerasan seksual yang dialami selama menjadi TKW.

Bukan hanya Martha, Orpha dan Bertha juga mengalami kekerasan seksual di Pulau Rote. Kekerasan seksual yang dialami Martha tidak hanya satu atau dua kali saja. Sepulang dari Malaysia, ia kembali mengalami berbagai tindak kekerasan seksual di kampung halamannya.

Hal tersebut membuat kondisi kesehatan mental Martha semakin tidak stabil.

Baca Juga: Menguak Kepedihan di Balik Eksotisme Pulau Rote Lewat Film Women from Rote Island

Musibah datang silih berganti menghampiri keluarga Orpha. Tak berhenti sampai kekerasan seksual saja, tapi juga pembunuhan yang merenggut nyawa salah satu anak perempuan Orpha.

Load More