Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 16 Desember 2023 | 13:25 WIB
Awan panas guguran meluncur dari puncak Gunung Merapi di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada Jumat malam (1/12/2023). (ANTARA/HO-BPPTKG)

SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih terus berlangsung. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat kembali luncuran awan panas dan puluhan guguran lava dalam sepekan terakhir.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso mengatakan aktivitas tersebut tercatat pada periode 8 - 14 Desember 2023.

"Pada tanggal 8 Desember 2023 terjadi rentetan awan panas guguran ke arah barat daya tepatnya Kali Bebeng-Krasak dengan jarak luncur sejauh 3.800 meter," kata Agus, dalam keterangannya, Sabtu (16/12/2023).

Setelah itu dilaporkan terjadi hujan abu tipis di wilayah Kecamatan Dukun dan Sawangan, Kabupaten Magelang dan Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Selain awan panas guguran, lava teramati juga keluar dari puncak Gunung Merapi.

Baca Juga: Laporan Aktivitas Gunung Merapi: Luncurkan 69 Guguran Lava dalam Sepekan Terakhir

"Guguran lava teramati sebanyak 243 kali ke arah selatan dan barat daya," ucapnya.

Meliputi 22 kali ke hulu Kali Boyong sejauh maksimal 2.000 meter dan 221 kali ke hulu Kali Bebeng sejauh maksimal 1.900 meter. Suara guguran terdengar 22 kali dari Pos Babadan dengan intensitas kecil hingga sedang.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis foto udara area puncak dari survey drone tanggal 11 Desember 2023 morfologi kubah barat daya teramati ada sedikit perubahan. Hal itu akibat dari adanya awan panas dan guguran lava, sedangkan untuk morfologi kubah tengah relatif tetap.

"Berdasarkan analisis foto udara, volume kubah barat daya terukur sebesar 2.592.000 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.358.300 meter kubik," tuturnya.

BPPTKG juga masih mencatat sejumlah kegempaan didominasi gempa guguran yang mencapai 1.087 kali. Disusul gempa fase banyak 93 kali, 15 kali gempa vulkanik dangkal, 13 kali gempa tektonik, 8 kali gempa awan panas guguran.

Baca Juga: Sekelompok Monyet Dilaporkan Turun dari Lereng Gunung Merapi, Begini Penjelasan TNGM

"Intensitas kegempaan pada minggu ini menurun, terutama gempa-gempa internal seperti VTB (vulkanik dangkal) dan MP (fase banyak) yang jumlahnya berkurang cukup signifikan," terangnya.

Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM dan GPS pada minggu ini tidak menunjukkan perubahan deformasi yang signifikan.

Diketahui bahwa status Gunung Merapi pada tingkat Siaga atau Level III itu sudah berlangsung sejak 5 November 2020 lalu.

Sedangkan gunung api yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu memasuki fase erupsi sejak tanggal 4 Januari 2021. Saat itu ditandai dengan munculnya kubah lava di tebing puncak sektor barat daya dan di tengah kawah.

Agus menambahkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km. Lalu untuk Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.

Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya, mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," pungkasnya.

Load More