SuaraJogja.id - Kabupaten Sleman mengalami penurunan produksi padi dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang membuat panen padi mundur dari waktu yang seharusnya.
Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Sleman, Suparmono mendorong sejumlah komoditas lain untuk dimaksimal. Hal itu sebagai alternatif masyarakat untuk mencukupi kebutuhan pangan di wilayahnya.
Misalnya saja seperti komoditas jagung dan kedelai. Namun sayangnya minat petani Sleman masih belum setinggi seperti padi.
"Sebenarnya kami dorong hortikultura itu kemudian kalau Kementerian Pertanian, pajale padi jagung kedelai. Jagung kedelai juga didorong ini sama pemerintah tapi minat petani Sleman itu agak kurang, minat petani Sleman untuk jagung kedelai itu agak kurang," kata Suparmono, dikutip Rabu (28/2/2024).
Alasannya berbagai macam, kata Pram, salah satunya karena pasar yang dinilai belum sesuai yang diharapkan. Terutama terkait dengan alasan harga.
"Pasti karena pasar, alasan pasar harga dan sebagainya. Kemudahan menjual, pasti kalau pertanian kan gitu," ucapnya.
"Yang kemarin sempat kemarau kemarin sempat baik sedikit (kedelai) tapi rata-rata secara umum setahun gitu enggak terlalu bagus," imbuhnya.
Berdasarkan catatan dampak El Nino memaksa panen lebih mundur. Jika biasanya di bulan Februari-Maret ini Sleman sudah panen raya sampai sekarang belum.
Panenan padi pada bukan Maret nanti diperkirakan hanya akan mencakup seribu hektare saja. Sedangkan panen raya yang baru akan dimulai pada April hingga Mei hanya mencapai 7-8 ribu hektare.
"Jadi (panen) mundurnya memang 2 sampai 3 bulan. Jadi kalau kemudian sekarang beras agak langka ya karena kemarin mundur. Panen sekarang kalau Maret kita panen seribu hektar rata-rata per hektar kalau dikonversi itu jadi beras sekitar 3.800 sampai 4.000 ton kira-kiranya itu, kebutuhan kita kadang untuk kondisi normal dua kali lipat," terangnya.
"Sehingga ya memang harapan kita nanti di April-Mei panen raya kita bisa berlangsung baik ya bisa-bisa 7000 sampai 8.000 haktare," imbuhnya.
Diakui Suparmono, kemunduran masa panen yang mencapai 2-3 bulan itu berdampak kepada ketersediaan atau stok beras di Sleman. Selain juga harga yang mulai merangkak naik di pasarana.
"Tipis, iya tipis [stok beras di Sleman], tidak sampai [kurang]. Tipis kemudian harganya pasti naik, harga gabah juga naik di atas rata-rata HPP pemerintah gitu," ujarnya.
Berita Terkait
-
Istana Kaji Usulan DPR Naikkan Status Bulog jadi Kementerian
-
Istana Buka Suara! Prabowo Kaji Serius Usul Bulog Jadi Kementerian, Bapanas Bakal Dilebur?
-
Prediksi FAO: Produksi Beras RI Terbesar Kedua di Dunia, Siapa Nomor Satu?
-
Swasembada Pangan! Mentan: InsyaAllah Tak Impor Beras Lagi, Mudah-mudahan Tak Ada Iklim Ekstrem
-
Percepat Swasembada Pangan, Mentan Pastikan Indonesia Siap Hentikan Impor Beras
Terpopuler
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 5 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Kolagen untuk Hilangkan Kerutan, Murah Meriah Mudah Ditemukan
- 6 Hybrid Sunscreen untuk Mengatasi Flek Hitam di Usia Matang 40 Tahun
- 22 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 12 Oktober: Klaim Pemain 112-113 dan Jutaan Koin
Pilihan
-
6 Fakta Isu Presiden Prabowo Berkunjung ke Israel
-
Harga Emas Antam Hari Ini Cetak Rekor Tertinggi Pegadaian, Tembus Rp 2.565.000
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
Terkini
-
Alasan Terdakwa Christiano Tabrak Mahasiswa UGM: 'Keadaan Memaksa, Bukan Kelalaian'
-
Jangan Sampai Ketinggalan, 3 Link DANA Kaget Aktif Bisa Anda Klaim di Sini
-
Skandal Keracunan Makan Bergizi Gratis Terkuak! Wamendiktisaintek: Kampus Harus Turun Tangan
-
Jogja Seriusi Aturan Baru Tekan Sampah Plastik, Siap-Siap Bawa Tas Belanja Sendiri
-
Drama Pasar Godean Berlanjut: Target Relokasi Melayang, Pedagang Kecewa