Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Senin, 04 Maret 2024 | 12:24 WIB
Pedagang menata barang dagangannya di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (29/1/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

SuaraJogja.id - Harga cabai di Kabupaten Sleman sempat melambung cukup tinggi dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan harga rata-rata cabai bisa tembus hingga Rp95 ribu per kilogram.

Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Sleman, Suparmono menyebut ada beberapa hal yang memengaruhi kondisi tersebut. Selain cuaca yang ditambah dneengan fenomena El Nino, ada pula persoalan hama.

"Kemarin dari panas hujan panas hujan itu rata-rata pertanian kena banyak hama. Cabe kena patek, pertumbuhannya nggak bagus," kata Suparmono, Senin (4/3/2024).

Selai cabai, ada juga beberapa komoditas yang termasuk dalam tanaman hortikultura yang terdampak akibat cuaca tak menentu tersebut. Menurutnya musim ini cukup berat bagi para petani.

Baca Juga: Kesulitan Air karena Kemarau Panjang, Panen Cabai di Gunungkidul Menurun

"Hortikultura juga apa banyak daunnya kuning, jadi memang perjuangan petani di musim panas hujan panas hujan kemarin berat," ucapnya.

"Cabainya kan tadi saya bilang ini kalau anomali cuaca ini banyak serangan hama, produksinya nggak bagus, tanamannya banyak rusak pasti harganya naik, panennya pasti berkurang," imbuhnya.

Sebenarnya Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Sleman tidak tinggal diam untuk persoalan hama. Suparmono menuturkan masyarakat bisa mengakses obat-obatan untuk mengatasi hama tersebut.

"Kita sebenarnya di pertanian itu nyediain obat-obatan banyak sekali, masyarakat tinggal tinggal meminta aja ke dinas pasti pasti ada untuk kalau kena serangan hama, petugas juga bergerak terus," ujar dia.

Dalam kesempatan ini pihaknya turut mendorong sejumlah komoditas pangan lain untuk dapat dimaksimal. Hal itu sebagai alternatif masyarakat untuk mencukupi kebutuhan pangan di wilayahnya.

Baca Juga: Harga Cabai Meroket Hingga Lima Kali Lipat, DKPP Bantul Ungkap Penyebabnya

Misalnya saja seperti komoditas jagung dan kedelai. Namun sayangnya minat petani Sleman masih belum setinggi seperti padi.

Load More