SuaraJogja.id - Tiga orang warga Gunungkidul meninggal dunia akibat demam berdarah dengue (DBD) sejak Januari hingga April 2024 kemarin. Dua diantaranya anak-anak dan seorang lagi remaja kelas 8 SMP. Jumlah kasus DBD di Gunungkidul fluktuatif setiap bulannya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Ismono mengatakan, samapai dengan hari ini data yang terlaporkan ke Dinas Kesehatan ada 660 kasus demam berdarah di Kabupaten Gunungkidul. Dengan kasus tertinggi di Kapanewon Panggang.
"Perbulan memang masih tinggi. Tapi fluktuatif," ujar dia.
Setelah mengalami fase outbreak pada bulan Januari sampai dengan Maret lalu, kasus DBD di Gunungkidul berangsur mengalami penurunan jumlahnya di setiap bulan. Musim kemarau memang sedikit menurunkan angka kasus DBD.
Saat ini pihaknya mencatat angka DBD telah menyentuh 660 kasus. Dari jumlah tersebut, ada 3 anak yang meninggal dunia. Yang terbaru adalah kejadian di Rabu (15/5/2024) kemarin.
"Seorang remaja kelas 2 SMP warga Kalurahan Semanu, Kapanewon Semanu dilaporkan meninggal dunia akibat penyakit ini," tambahnya.
Dia mengakui Kasus DBD memang terus bertambah jumlahnya, namun pada Maret sampai dengan Mei ini mengalami penurunan setiap bulannya. Sejak bulan Januari lalu terus mengalami peningkatan dan memasuki musim kemarau ini kasus sedikit mengalami penurunan. Data dari Dinas Kesehatan Gunungkidul menyebutkan, pada Januari ada 84 kasus demam berdarah, bulan Februari meningkat menjadi 197 kasus.
Puncak tingginya kasus demam berdarah terjadi pada bulan Maret 2024 yang mencapai 216 kejadian. Seiring dengan kondisi daerah yang mulai beralih dari musim penghujan menjadi kemarau, kasus demam berdarah pun juga mengalami penurunan di bulan April kemarin yaitu sebanyak 104 kasus.
"Sedangkan di bulan Mei ini ada 60 kasus dengan 1 kasus kematian. Meski begitu, laporan masih terus diupdate oleh dinas kesehatan," tambahnya.
Baca Juga: Muncul Lagi Tumpukan Sampah Ilegal di Gunungkidul, Kali Ini Sasar Tanah Milik Warga
Dinas bergerak melakukan fogging di lokasi-lokasi kasus demam berdarah. Menurutnya, fogging baru dilakukan jika kasus dan ditemukannya potensi penularan. Selain itu pihaknya menekankan kepada masyarakat untuk memperkuat gerakan 1 rumah 1 jumantik, mengaktifkan PSN secara rutin.
Hal ini sesuai denganan hasil penyelidikan epidemiologi (PE). Kemudian meningkatkan kewaspadaan jika ada kasus dan risiko terjadinya penularan dan pemberian biolarvasida sebagai antisipasinya.
"Masyarakat juga diingatkan untuk menerapkan prinsip 3M Plus (Mengubur, Menguras, Menutup, dan penggunaan Abate)," tambahnya.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik