Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 03 Juni 2024 | 16:24 WIB
Asap membubung ke angkasa setelah terjadi serangan Israel di kota Rafah di Jalur Gaza selatan, pada 18 Mei 2024. Korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza meningkat menjadi 35.386 orang [Suara.com/ANTARA/Xinhua/Khaled Omar]

SuaraJogja.id - Ramainya tagar All Eyes of Rafah beberapa waktu lalu menjadi trending topic di media sosial X atau Twitter (sebelum berubah). Dukungan negara dan masyarakat terhadap Palestina dan kecaman terhadap serangan tentara zionis Israel menggema. Banyak kritikan termasuk Amerika Serikat yang saat itu menarik persediaan senjatanya ke Israel terhadap perang yang terjadi.

Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi memberikan perkembangan terkini mengenai keanggotaan penuh Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dewan Keamanan PBB masih menjadi faktor penghalang membuat keanggotaan penuh itu belum tercapai.

Terakhir, kata Retno, proses itu sudah sampai pada Majelis Umum PBB. Di sana pun dukungan sebenarnya sudah mulai banyak dari negara-negara lain.

"Terakhir kan di Majelis Umum, kalau di Majelis Umum itu kita lihat dukungannya banyak sekali tapi sekali lagi fakta sistem di PBB mengatakan bahwa gedokannya digedok disahkannya itu adalah di Dewan Keamanan PBB," kata Retno ditemui di Universitas Gadjah Mada (UGM), Senin (3/6/2024).

Baca Juga: Soal Kesiapan Evakuasi 1.000 Warga Palestina ke RS Indonesia, Menlu Retno Berikan Penjelasan

Disampaikan Retno, sejauh ini sudah ada 144 dari 193 negara anggota PBB yang mengakui negara Palestina. Termasuk yang baru-baru ini yaitu pengakuan dari Norwegia, Irlandia, dan Spanyol.

"Yang berarti masih ada 49 negara yang belum mengakui negara Palestina, most of them are western countries [kebanyakan dari mereka adalah negara-negara barat], termasuk Amerika Serikat, Australia dan negara-negara Eropa," ungkapnya.

Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang sudah mengakui Palestina sejak tahun 1988. Bersama lebih 80 negara lainnya setelah pada 15 November 1988, Yasser Arafat memproklamirkan Palestina sebagai negara.

Menlu mengaku tidak tinggal diam terkait hal tersebut. Misalnya saja saat dalam pertemuan antara beberapa negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OIC) dengan beberapa negara anggota Uni Eropa (UE) dan beberapa negara eropa lainnya di Brussel, Belgia (26/5/2024) lalu.

"Jadi misi saya saat berada di Brussel adalah melakukan appeal agar mereka dapat mempertimbangkan untuk mengakui Palestina sesegera mungkin," ujarnya.

Baca Juga: Pakar Hukum Tata Negara UGM Sebut Putusan Etik DKPP yang sanksi Ketua KPU RI Terlambat, Ini Penjabarannya

"Jika negara-negara Eropa melakukannya, maka akan mengirim pesan yang kuat bahwa mereka berpihak pada keadilan dan perdamaian dan bahwa mereka mengambil satu langkah maju untun mempercepat implementasi two state solution dan sekarang merupakan momen yang paling tepat untuk melakukannya," tegasnya.

Selain Norwegia, Irlandia, dan Spanyol, Retno menyebut ada Slovenia yang sudah mengumumkan pengakuan terhadap negara Palestina pada 30 Mei 2024 kemarin. Namun saat ini masih dalam proses persetujuan dari parlemen.

"Dan engan pembicaraan saya dengan para menteri luar negeri Uni Eropa, ke depan di bulan-bulan ke depan akan ada beberapa negara uni eropa lain yang akan segera mengakui Palestina," ungkapnya.

"Kalau kalimat saya itu selalu mengatakan mari kita gunakan semua pengaruh kita agar tidak ada veto lagi yang terkait dengan keanggotaan penuh Palestina di PBB dan kita selalu menjadi negara yang berada di garis depan untuk mengupayakan itu," imbuhnya.

Load More