SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta mengimbau masyarakat untuk mewaspadi penyakit Leptospirosis. Apalagi penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira melalui kencing tikus itu berpotensi menyebar luas saat musim penghujan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani mengungkapkan dari Januari 2024 hingga sekarang tercatat ada 7 kasus Leptospirosis. Dari jumlah tersebut, satu kasus Leptospirosis meninggal dunia.
Selain itu, dari hasil survei tikus di awal tahun 2024 yang dilakukan Dinkes Kota Yogyakarta pada salah satu kemantren, ditemukan positif bakteri Leptospira pada tikus. Pola hidup bersih dan sehat (PHBS) perlu terus digencarkan guna mencegah penyebaran penyakit Leptospirosis.
"Kami mengingatkan potensi penyakit infeksi emerging seperti leptospirosis yang ditularkan melalui oleh tikus sebagai perantara di musim hujan ini," kata Emma, dikutip Minggu (8/12/2024).
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar harus senantiasa dilakukan. Sehingga memastikan tidak ada limbah makanan keluarga yang menumpuk dan memancing kemunculan tikus pembawa bakteri Leptospira.
"Genangan air pascahujan bisa berpotensi tercemar [air kencing tikus pembawa bakteri Leptospira] menjadi faktor risiko terjadinya paparan," tandasnya.
Pihaknya juga telah mengingatkan para pemangku wilayah kemantren terkait kewaspadaan bersama penyakit Leptospirosis. Termasuk mengedukasi warganya untuk menjaga kebersihan.
"Harapannya semua lintas sektor terutama pemangku wilayah, bersama puskesmas, petugas kesehatan di wilayah dan kader dapat melakukan edukasi kepada warga Kota Yogyakarta terkait pencegahan Leptospirosis," tuturnya.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Lana Unwanah menambahkan sampai saat ini tidak ada peningkatan kasus Leptospirosis di Kota Yogyakarta.
Baca Juga: Update Kasus Mary Jane: Natal di Jogja, Belum Ada Kepastian Pemulangan
Dia menjelaskan Leptospirosis bisa ditularkan melalui kencing tikus yang terinfeksi bakteri leptospira. Bakteri masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir pada saat kontak dengan genangan air sungai, selokan, lumpur yang tercemar kencing tikus.
"Sampai saat ini [kasus leptospirosis] masih aman terkendali. Tapi masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan dan mencegah Leptospirosis," ungkap Lana.
Dia menyebut gejala-gejala tubuh yang terinfeksi Leptospirosis berupa demam, nyeri kepala, nyeri otot, khususnya di daerah betis, paha, mata kuning, merah dan iritasi serta diare. Jika mengalami gejala-gejala itu dan melakukan pekerjaan yang berisiko terpapar urine tikus diharapkan segera memeriksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan atau puskesmas terdekat.
Berita Terkait
Terpopuler
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Promo Super Hemat di Superindo, Cek Katalog Promo Sekarang
- Tahu-Tahu Mau Nikah Besok, Perbedaan Usia Amanda Manopo dan Kenny Austin Jadi Sorotan
- 5 Fakta Viral Kakek 74 Tahun Nikahi Gadis 24 Tahun, Maharnya Rp 3 Miliar!
- 7 Fakta Pembunuhan Sadis Dina Oktaviani: Pelaku Rekan Kerja, Terancam Hukuman Mati
Pilihan
-
Cuma Satu Pemain di Skuad Timnas Indonesia Sekarang yang Pernah Bobol Gawang Irak
-
4 Rekomendasi HP Murah dengan MediaTek Dimensity 7300, Performa Gaming Ngebut Mulai dari 2 Jutaan
-
Tarif Transjakarta Naik Imbas Pemangkasan Dana Transfer Pemerintah Pusat?
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
Terkini
-
Jogja Atasi Sampah dengan Cara Cerdas: Pupuk Organik Jadi Solusi
-
Bentor Alami Kecelakaan di Taman Pintar, Pemda DIY Desak Dishub Tertibkan Transportasi Ilegal
-
Memburu DANA Kaget, Dari Receh Jadi Jutaan? Ini Triknya
-
Clean Sheet Bukan Akhir, Ini Kata Pelatih PSS Sleman Jelang Laga Kontra Kendal Tornado FC
-
Bek Andalan PSS Sleman Cedera, Jajang Mulyana Diragukan Tampil Lawan Kendal Tornado FC