SuaraJogja.id - Populix baru saja merilis laporan bertajuk "Navigating Economic and Security Challenges in 2025", yang mengungkapkan bahwa 62 persen responden merasa cemas pekerjaan mereka berpotensi tergantikan oleh kecerdasan buatan (AI).
Indah Tanip, VP of Research Populix, menjelaskan bahwa 34 persen responden mengangkat isu terkait keamanan pekerjaan. Mereka merasa terbebani dengan tuntutan untuk beradaptasi pada tren pekerjaan yang lebih menitikberatkan fleksibilitas dibandingkan stabilitas.
"Peningkatan tren pekerjaan kontrak, pekerjaan serabutan, serta maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) menyebabkan banyak individu merasa kehilangan kontrol atas karier mereka. Situasi ini semakin diperburuk dengan kemajuan pesat teknologi AI," ujar Indah dikutip Jumat (13/12/2024).
Berkembangnya AI di ranah pekerjaan membuat sekitar 62 responden khawatir terhadap tekonologi ini. Inda mengutarakan ada lima alasan munculnya kekhawatiran ini, pertama efisiensi dan biaya AI lebih baik, di mana 72 persen responden menganggap mesin lebih efisien, akurat, dan terjangkau.
Baca Juga: Mimpi Kerja di Jogja Berubah Petaka, 11 Orang Tertipu Ratusan Juta
Kedua, banyak responden yang tersaingi dengan pengembangan teknologi kecerdasan buatan ini. Ketiga, AI bisa menjadi ancaman karena perkembangan yang terlalu maju.
Keempat ketidakstabilan bisa terjadi lantaran teknologi ini mengambil alih pekerjaan. Sebanyak 52 responden khawatir akan memperburuk ketidakstabilan sosial dan justru meningkatkan kemiskinan.
Kelima, sebanyak 46 responden merasa tak memiliki keterampilan yang cukup untuk bersaing dan bekerja berdampingan dengan AI.
Menanggapi berbagai tantangan ini, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) berkomitmen mendukung pengembangan sumber daya manusia berbasis digital di Indonesia. Bersama Kemendikdasmen, Kemendikti Saintek, dan Kementerian Kebudayaan, Kemnaker mengadakan berbagai kursus dan pelatihan melalui talenthub, talent corner, serta balai-balai kerja yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pelatihan ini dirancang khusus untuk membekali generasi Z dalam menghadapi era digital yang semakin dipengaruhi oleh teknologi AI. Selain itu, Kemnaker sedang merancang regulasi dan peta jalan (roadmap) guna melindungi hak-hak pekerja digital di Indonesia sekaligus mendorong peningkatan keterampilan digital masyarakat.
Baca Juga: Coding dan AI Masuk Kurikulum, Kementerian Komdigi Siap Perkuat Lewat Literasi Digital
Metode Penelitian dalam Laporan Populix
Berita Terkait
-
Timnas Indonesia U-17 Diminta Tutup Kuping dari Ekspektasi Tinggi Publik di Piala Asia U-17 2025
-
Mantap! Legenda Belanda Kasih Selamat Nova Arianto Timnas Hajar Negara STY
-
Al Gore dan Climate Reality Latih 200 Pemimpin Iklim Muda di Jakarta
-
Biasanya Nyinyir, Media Vietnam Kini Dukung Timnas Indonesia U-17: Satu Tangan di Piala Dunia
-
Punya Relasi Baik dengan Venezia, Inter Milan Jadi Klub Favorit Dapatkan Jay Idzes
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- Baru Sekali Bela Timnas Indonesia, Dean James Dibidik Jawara Liga Champions
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Terungkap, Ini Alasan Ruben Onsu Rayakan Idul Fitri dengan "Keluarga" yang Tak Dikenal
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
Pilihan
-
PT JMTO Bantah Abu Janda Jadi Komisaris, Kementerian BUMN Bungkam
-
Pantang Kalah! Ini Potensi Bencana Timnas Indonesia U-17 Jika Kalah Lawan Yaman
-
7 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan RAM 8 GB Terbaik April 2025
-
Kurs Rupiah Selangkah Lagi Rp17.000 per Dolar AS, Donald Trump Biang Keroknya
-
Libur Lebaran Usai, Harga Emas Antam Merosot Rp23.000 Jadi Rp1.758.000/Gram
Terkini
-
Kualitas dan Quality Control Jadi Andalan UMKM Gelap Ruang Jiwa dalam Sediakan Produk
-
Update Tol Jogja-Solo usai Lebaran: Pilar Tol Mulai 'Nampak', Tapi Pembebasan Lahan Masih Jadi PR
-
Jadi Binaan BRI, UMKM Unici Songket Silungkang Mampu Tingkatkan Skala Bisnis
-
Arus Balik Lebaran 2025: BRI Hadirkan Posko BUMN di Tol dan Bandara untuk Kenyamanan Pemudik
-
Prabowo Didesak Rangkul Pengusaha, Tarif Trump 32 Persen Bisa Picu PHK Massal di Indonesia?