Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 15 Februari 2025 | 17:54 WIB
Sebagian pedagang TM 2 masih bertahan berjualan di kawasan Malioboro meski tenggat waktu relokasi habis, Selasa (14/1/2025). [Kontributor Suarajogja.id/Putu]

SuaraJogja.id - Ekonom UGM Yudistira Hendra Permana menyoroti tren daya beli masyarakat yang menurun di tahun 2025. Menurutnya pemerintah perlu mengantisipasi hal tersebut sejak dini.

Krisis global yang belum sepenuhnya pulih semenjak pandemi Covid-19, kata Yudis ikut menjadi salah satu penyebab. Apalagi ditambah dengan konflik geopolitik hingga krisis energi dan ekonomi.

"Tentunya, Indonesia sebagai bagian dari perekonomian global, maka dampak berbagai level itu pasti terdampak dan ini sesuatu yang jelas menyebabkan berbagai tekanan ekonomi bagi menurunnya kemampuan daya beli masyarakat," kata Yudis, Sabtu (15/2/2025).

Dosen Departemen Ekonomika dan Bisnis (DEB) Sekolah Vokasi (SV) UGM itu bilang dampak krisis yang terjadi pascapandemi tidak langsung dirasakan pada tahun 2022. Melainkan baru dirasakan sekarang.

Baca Juga: Gedung Agung Batal Jadi Titik Kumpul hingga Iuran Ditanggung Pusat, Retreat Kepala Daerah Langsung ke Magelang

Namun, hal yang lebih krusial adalah ketidakmampuan pemerintah dalam mengantisipasi kondisi tersebut pada tahun 2024 dan 2025.

"Kita lihat terjadi deflasi secara gradual sampai hari ini. Kondisi yang sempat membaik di akhir tahun memunculkan optimisme, namun momentum Pilkada dan libur natal dan tahun baru tidak akan berlangsung lama," ucapnya.

Dia menuturkan angka pertumbuhan ekonomi pasca pandemi covid-19 masih stagnan di angka sekitar lima persen. Sehingga kondisi ekonomi Indonesia tidak dalam kondisi baik-baik saja.

Diperparah dengan kondisi lapangan pekerjaan dan upah yang tidak terjamin. Kondisi ini yang membuat masyarakat merasakan ketidakpastian yang cukup tinggi.

"Kondisi ini membuat masyarakat lebih waspada dalam membelanjakan uangnya dan menahan konsumsi," tandasnya.

Baca Juga: Pemkab Kulon Progo Dorong Pasar Srikayangan Jadi Pusat Ekonomi

Ketidakpastian ekonomi ini menurut Yudis menyebabkan masyarakat menahan tingkat konsumsi seperti bahan pangan hingga bahan tersier.

"Ketika permintaan menurun, produsen juga akan berhitung yang dapat berdampak pada layoff pegawai, PHK, dan sebagainya," tambahnya.

Tren kemampuan daya beli yang menurun bisa berdampak jangka panjang jika tidak diantisipasi dengan baik. Momen bulan puasa dan Lebaran ini bahkan dapat menjadi salah satu pembuktian sebab biasanya tingkat konsumsi naik pada momen ini.

"Menurut saya, tahun ini akan sedikit berbeda pola konsumsi umumnya. Masyarakat lebih akan menyimpan dananya sampai akhir tahun lagi," ucapnya.

Berbagai hal strategis harus dilakukan guna mengantisipasi menurunnya tingkat daya beli masyarakat. Salah satunya dengan memangkas anggaran perjalanan dinas dan seremoni yang sekarang sedang ramai dibahas.

"Tentunya biaya perjalanan dinas dan seremoni bisa dipangkas, tetapi kalau kemudian faktanya seperti ada glamping untuk kepala daerah yang baru dilantik menunjukkan bahwa cara-cara pemerintah tidak berubah, tidak ada pikiran untuk mitigasi dan sense of crisis-nya," tandasnya.

Load More