Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 23 Maret 2025 | 20:30 WIB
Ilustrasi basa-basi saat lebaran bertemu keluarga besar. (Freepik)

SuaraJogja.id - Momen Hari Raya Idul Fitri menjadi yang paling ditunggu oleh sebagian banyak orang setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh.

Silaturahmi dengan sanak saudara menjadi tradisi yang tak bisa dilepaskan dari keluarga Indonesia.

Kesempatan bertemu keluarga besar yang berasal dari berbagai daerah dalam satu tempat pada momen Lebaran menjadi aktivitas yang menyenangkan. Termasuk untuk sekaligus mempererat tali silaturahmi yang lama dibiarkan.

Namun kadang di tengah suasana hangat tersebut, sering kali muncul pertanyaan basa-basi yang dianggap sebagai bentuk kepedulian. 

Baca Juga: Lebaran 2025: Jogja Kehilangan Tradisi Open House Bersama Sultan HB X, Ini Penyebabnya

Namun bagi sebagian orang justru menimbulkan rasa ketidaknyamanan.

Pertanyaan seperti pencapaian pendidikan ataupun karier, kehidupan pribadi hingga soal perubahan fisik sering kali menjadi bahan perbincangan yang tidak dapat dihindarkan.

Bagi sebagian orang, pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin terasa wajar. Namun, bagi yang lain, hal itu bisa menambah beban pikiran.

Lantas bagaimana respons yang bijak untuk menanggapi basa-basi itu?

Psikolog Career and Student Development Unit (CSDU) FEB UGM, Anisa Yuliandri menuturkan berdasarkan teori Cognitive Appraisal dari Lazarus dan Folkman, stres merupakan respons otomatis terhadap suatu situasi.

Baca Juga: Sleman Siap Sambut Pemudik, Perbaikan Jalan Dikebut jelang Lebaran 2025

Hal itu juga bergantung pada bagaimana individu menilai peristiwa tersebut sebagai ancaman, tekanan, atau sesuatu yang netral.

"Jika kita menganggap pertanyaan basa-basi sebagai bentuk tekanan, maka tubuh dan pikiran akan bereaksi dengan stres. Sehingga mengubah cara pandang terhadap pertanyaan ini bisa menjadi langkah awal untuk menghadapinya dengan lebih santai," ujar Anisa.

Ilustrasi orang berkomunikasi saat lebaran. Pertanyaan seperti pencapaian pendidikan ataupun karier, kehidupan pribadi hingga soal perubahan fisik sering kali menjadi bahan perbincangan yang tidak dapat dihindarkan. (Freepik)

Anisa menyampaikan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Qudsy (2020) menunjukkan bahwa tekanan sosial berdampak secara signifikan pada kesehatan mental.

Jika tidak dikelola dengan baik, tekanan ini dapat memicu kecemasan, stres, hingga menurunkan rasa percaya diri.

Namun, jika disikapi secara positif, tekanan sosial justru bisa menjadi motivasi untuk berkembang.

Anisa pun berbagi tips bijak menghadapi pertanyaan ini. Salah satunya adalah dengan berkomunikasi secara asertif yaitu menyampaikan suatu hak tanpa menyinggung orang lain.

Selain itu, menanggapi dengan santai dan humor dapat menjadi solusi agar obrolan tetap ringan dan nyaman.

"Jika sudah mulai merasa tidak nyaman, coba alihkan pembicaraan ke topik lain. Yang paling penting adalah jangan terlalu dipikirkan. Jika mulai merasa terganggu, cobalah untuk tarik napas dalam dalam dan tenangkan diri. Kalau perlu, tidak ada salahnya untuk bersikap jujur dan terbuka untuk membuatmu lebih nyaman,” paparnya.

Anisa juga mengingatkan untuk tetap menghadapi pembicaraan dengan santai tanpa terbawa perasaan. Jangan biarkan perkataan orang lain membuat diri merasa tidak cukup baik.

Sebab, biasanya orang lain menyampaikan pertanyaan hanya sekedar basa-basi tanpa memiliki maksud tertentu.

"Ingat, setiap orang memiliki perjalanan hidupnya sendiri. Tidak ada yang perlu dikejar hanya karena ekspektasi sosial," ucapnya.

Apabila berbagai pertanyaan-pertanyaan yang muncul saat lebaran masih mengganggu atau membebani, Anisa mengingatkan kembali bahwa jangan pernah merasa sendirian.

Ia bilang FEB UGM pun menyediakan fasilitas layanan kesehatan mental melalui CSDU yang memberikan layanan konsultasi gratis dengan profesional yang selalu siap membantu.

Selain itu, FEB juga memiliki Peer Support yaitu teman sebaya yang bisa diajak berbagi cerita dan mencari solusi bersama.

Untuk diketahui, momen lebaran sendiri memang menjadi ajang silaturahmi. Namun beberapa orang justru khawatir terhadap pertanyaan yang tak nyaman untuk dirinya sendiri.

Load More