Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Sabtu, 12 April 2025 | 17:37 WIB
Penghageng Tepas Tandha Yekti di Keraton Yogyakarta, GKR Hayu dan Penghageng Nityabudaya Keraton Yogyakarta, GKR Bendara menyampaikan paparannya di International Symposium on Javanese Culture 2025 di Yogyakarta, Sabtu (12/4/2025). [kontributor/putu ayu palupi]

Hayu menambahkan, dipilihnya tema Aparatur Nagari Ngayogyakarta untuk jadi isu yang dibahas dalam simposium bukan tanpa sebab. Bergabungnya Keraton Yogyakarta ke NKRI membuat beberapa aparatur negara di Keraton akhirnya hilang, seperti peran para prajurit Keraton Yogyakarta, sistem peradilan, administrasi dan lainnya.

"Nah hal ini [sistem aparatur nagari] kalau tidak digali kan hilang, apalagi karena kebiasaan orang Jawa di Keraton itu budayanya verbal, jadi jarang sekali tertulis dan terdokumentasi dengan baik. Karenanya tema simposium tahun ini berfokus pada aparatur nagari yang mengkaji fungsi administratif dan operasional historis Keraton," jelasnya.

Sementara puteri sulung Sri Sultan HB X yang mewakili  Keraton Yogyakarta, GKR Mangkubumi menyatakan, simposium budaya yang digelar Keraton membuka ruang seluas-luasnya bagi studi keilmuan Aparatur di Kesultanan Yogyakarta. 

"Tak hanya dari bidang antropologi, filologi, sejarah, sains namun juga politik, psikologi, pendidikan, gender, filsafat, dan lain sebagainya yang terkait dengan budaya Jawa," imbuhnya.

Baca Juga: Revitalisasi Stasiun Lempuyangan Diprotes, KAI Ungkap Alasan di Balik Penggusuran Warga

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More