SuaraJogja.id - Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada, Nyarwi Ahmad, menyoroti pola komunikasi pemerintah usai dalam beberapa kesempatan dinilai memicu kontroversi. Pemerintah sekarang diminta untuk dapat memperbaiki gaya komunikasi kepada publik itu.
Dia mengambil contoh kasus Hasan Nasbi selaku Kepala Komunikasi Kepresidenan saat mengomentari pengiriman kepala babi dan bangkai tikus ke kantor redaksi Tempo. Menurutnya, pola itu masih mirip dengan gaya komunikasi kampanye kemarin yang terlalu defensif dan argumentatif.
Padahal komunikasi di lingkungan kepresidenan seharusnya lebih mengedepankan diplomasi publik dan strategi yang dapat merangkul berbagai pihak.
"Kalau komunikasi pemerintah terus-menerus bersifat defensif, bahkan sampai menyalahkan dan mengecilkan pihak lain, itu bisa memunculkan sentimen negatif terhadap pemerintahan Prabowo. Ini bisa menjadi bumerang bagi dukungan publik," kata Nyarwi, dalam keterangannya, Sabtu (12/4/2025).
Sebagai solusi, ia menyarankan agar strategi komunikasi pemerintah lebih responsif, tematik, dan empatik. Menghindari komunikasi yang kontroversi dan mendorong adanya strategi komunikasi yang lebih mengakar perlu dikedepankan.
"Bukan hanya sekadar menyampaikan pesan, tetapi juga mempertimbangkan dampaknya terhadap publik," ucapnya.
Jika pola komunikasi seperti ini tidak diperbaiki, potensi keberulangan respons dari pemerintah itu dapat terulang. Hal itu justru semakin merugikan citra pemerintah.
Apalagi Presiden Prabowo terkait janjinya saat diundang ke Dewan Pers semasa menjadi calon presiden yang menyatakan akan menjaga kebebasan pers sebagai pilar keempat demokrasi. Bahkan, dalam beberapa pernyataan, Prabowo menyebut pers sebagai mitra kritis yang diperlukan dalam mengawal pemerintahan.
"Komunikasi politik pemerintahan saat ini seharusnya selaras dengan prinsip yang pernah disampaikan oleh Prabowo, bukan justru menciptakan kesan yang bertolak belakang," tuturnya.
Baca Juga: Praktisi UGM Rilis 2 E-Book Kehumasan: Solusi Jitu Hadapi Krisis Komunikasi di Era Digital
"Publik membutuhkan pernyataan yang memberi ketenangan, bukan mendorong kontroversi," imbuhnya.
Sepanjang pengamatan Nyarwi, belum ada standar komunikasi yang jelas dan terstruktur di kantor komunikasi tersebut. Sehingga yang lebih menonjol justru gaya komunikasi individu, bukan pendekatan kelembagaan yang solid.
"Kita belum melihat gaya komunikasi yang khas dari Kantor Komunikasi Kepresidenan, yang tampak justru gaya perorangan pejabatnya. Seharusnya komunikasi mereka lebih elegan dan terintegrasi dengan strategi komunikasi pemerintahan Prabowo," pungkasnya.
Prabowo Menyadari Komunikasinya Tak Bagus
Presiden Prabowo Subianto menyadari selama pemerintahannya berjalan enam bulan, pihaknya tidak memiliki komunikasi yang bagus. Prabowo menilai sendiri komunikasi dari pemerintah memang dirasa kurang.
Hal itu disampaikan Prabowo dalam pidatonya di acara Sarasehan Ekonomi di Menara Mandiri, Jakarta.
Berita Terkait
-
Petani Majalengka Gigit Jari? Ahli Pertanian Sebut Jurus Burung Hantu Prabowo Tak Efektif, Ini Solusi Jitu Basmi Tikus
-
Rahasia Pertemuan Prabowo-Mega Terungkap? Pengamat Ungkap Sinyal Penting di Balik Pintu Tertutup
-
Guru Besar UGM Dipecat karena Kekerasan Seksual: Polisi Belum Terima Laporan
-
IHSG Masih Jeblok Jadi Momentum Berinvestasi? Simak Tips dari Dosen Ekonomi UGM
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
-
China Sindir Menkeu Purbaya Soal Emoh Bayar Utang Whoosh: Untung Tak Cuma Soal Angka!
Terkini
-
Kasus Korupsi Kuota Haji Kemenag Memanas, KPK Sasar Pengelola Travel Umroh di Jogja
-
Malioboro Bebas Emisi, Bentor segera Dihapus, Becak Listrik jadi Pengganti
-
UGM Gebrak Dunia Industri, Rektor Ova Emilia Ungkap Strategi Link and Match yang Tak Sekadar Jargon
-
Waspada! Gelombang ISPA Terjang DIY: Lebih dari 11.000 Kasus Akibat Cuaca Ekstrem
-
Jangan Sampai Hilang! Sleman Digitalisasi Naskah Kuno: Selamatkan Warisan Budaya untuk Generasi Mendatang