SuaraJogja.id - Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada Jumat (2/5/2025) diwarnai aksi unjuk rasa puluhan mahasiswa dari berbagai aliansi di depan gedung DPRD DIY.
Aksi yang semula berlangsung damai berubah memanas saat massa mencoba mendobrak gerbang kantor anggota dewan.
Aksi ini sebagai bentuk kekecewaan atas sikap pemerintah terhadap dunia pendidikan.
Massa tiba di lokasi sekitar pukul 15.13 WIB dan langsung menggelar orasi menyuarakan keresahan terhadap berbagai isu pendidikan di Indonesia.
"Aksi ini damai, tapi kami kecewa karena tidak diizinkan masuk ke gedung yang dibangun dari uang rakyat," ujar salah seorang peserta aksi, Tiyo Ardianto, Jumat Sore.
Aksi ini memanas sekitar pukul 16.51 WIB. Para mahasiswa berusaha masuk ke area gedung DPRD. Mereka mendorong pagar besi hingga nyaris roboh.
Dalam aksi tersebut, Tiyo menilai pemerintah telah mengabaikan pendidikan sebagai prioritas pembangunan. Apalagi berbagai permasalahan pendidikan saat ini tak kunjung mendapat respons serius dari para pemangku kebijakan.
Tiyo menyampaikan, orasi-orasi dilakukan berbagai elemen untuk menandai betapa pendidikan bukan menjadi prioritas pembangunan pemerintah saat ini meski gerbang para wakil rakyat tetap ditutup.
Mereka menyebutkan saat ini banyak masalah yang harus diselesaikan lalu menjadi pekerjaan rumah bagi pemangku kebijakan.
Baca Juga: Gunungkidul 'Sentil' UNY: Lahan Hibah, Mana Kontribusi Nyata untuk Masyarakat?
"Tetapi pemerintah tidak memberikan sikap. Seolah pendidikan bukan prioritas," ujarnya.
Tiyo menambahkan, dalam unjuk rasa kali ini mahasiswa sebenarnya ingin berkomunikasi dengan anggota DPRD. Karenanya mereka berupaya masuk ke gedung DPRD DIY.
Namun protokol DPRD DIY menyampaikan bahwa para mahasiswa dan masyarakat tidak boleh masuk ke gedung DPRD DIY. Karenanya mereka mendorong gerbang gedung tersebut.
"Gedung ini merupakan gedung yang dibangun pakai pajak rakyat dan yang masuk adalah uang rakyat, kenapa kami tidak boleh masuk," ujarnya.
Selain mengkritik program efisiensi anggaran pemerintah di sektor pendidikan, mahasiswa juga menyuarakan penolakan terhadap masuknya militer ke kampus, baik sebagai pengajar maupun mahasiswa.
Mereka menilai kehadiran TNI di lingkungan akademik mengancam kebebasan berpikir dan merusak iklim pendidikan sipil.
Secara nyata TNI sudah masuk kampus, sudah menjalar ke koridor pendidikan. Bahkan menjadi peserta didik di salah satu kampus.
"TNI sudah masuk kampus, bahkan menjadi peserta didik di UGM. Ini adalah catatan buruk bagi dunia pendidikan. Militer masuk kampus tidak sebagai pengajar, tapi juga mahasiswa yang gak bisa melepaskan atribut militeristiknya. Sehingga itu menjadi semacam keresahan bersama," imbuhnya.
Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) menjadi momen di mana perbaikan pendidikan di Indonesia semakin maju.
Namun, berkembangnya zaman, pendidikan di Indonesia justru terkesan mundur.
Bahkan bergantinya pemerintahan, kebijakan yang diterapkan di ranah pendidikan justru gamang. Misal, tak adanya penjurusan IPA dan IPS saat dipegang Nadiem Makarim, saat ini dikembalikan lagi.
Selain itu tidak adanya Ujian Nasional (UN) dianggap tak memberikan solusi agar siswa siap berada di masyarakat. Meski sudah tak menjadi indikator kelulusan, UN oleh sebagian orang masih dianggap relevan jika diterapkan.
Kondisi pendidikan di Indonesia harus terus dibenahi. Hal itu harus selaras juga dengan kualitas pengajar di Indonesia.
Tuntutan guru untuk meraih sertifikasi dan tuntutan lainnya seakan jadi beban tinggi. Pemerintah memang sudah hadir, namun banyaknya target dari guru tak jarang justru mengabaikan murid atau siswa itu sendiri.
Persoalan ini menjadi dinamika yang ada di pendidikan Indonesia. Saat ini seluruh unsur harus bersinergi untuk membenahi pendidikan di Indonesia.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Profil Wali Kota Prabumulih: Punya 4 Istri, Viral Usai Pencopotan Kepsek SMPN 1
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Tragis! Ratusan Siswa Keracunan Makan Bergizi Gratis, JCW Soroti Pengawasan Bobrok
-
Dari Transfer Pengetahuan ke Generasi Kreatif: DIY Beri Penghargaan 995 Insan Pendidikan
-
BBM Langka: Benarkah Pertamina 'Mengunci' Pasokan untuk SPBU Asing?
-
Kota Jogja Kewalahan Sampah,Semua OPD di Wajib Urus Sampah hingga ke Kelurahan
-
Second Account Aman? Wamenkomdigi Buka Suara soal Kebijakan Medsos yang Bikin Gen Z Panik