Ia menyampaikan apresiasi atas keberhasilan ini dan menganggapnya sebagai pencapaian strategis dalam memperkuat ketahanan pangan nasional.
"Langkah konkret Kementerian Pertanian patut diapresiasi. Surplus 4 juta ton adalah prestasi besar yang menandakan Indonesia semakin dekat menuju kedaulatan pangan," ujar Rajiv pada Selasa (3/6/2025).
Menurutnya, capaian surplus ini menunjukkan implementasi kebijakan pemerintah yang berpihak kepada petani sudah mulai membuahkan hasil.
Kebijakan seperti peningkatan kuota pupuk bersubsidi, reformasi distribusi pupuk agar lebih efisien, hingga penetapan harga gabah minimal Rp6.500/kg, dianggap berperan besar dalam pencapaian ini.
"Kebijakan tersebut bukan hanya mendorong produktivitas, tetapi juga memberi dorongan moral bagi petani bahwa negara hadir mendukung mereka," jelas Rajiv.
Ia juga memberikan apresiasi terhadap kinerja Perum Bulog yang berhasil menyerap beras hingga mencapai 2,429 juta ton per akhir Mei 2025, sebuah rekor dalam kurun waktu 57 tahun terakhir.
Meskipun memberikan apresiasi, Rajiv mengingatkan pemerintah agar tidak terlena dengan capaian surplus ini.
Ia menekankan pentingnya evaluasi berkala, terutama dalam distribusi beras yang harus dikawal ketat agar tidak menimbulkan disparitas harga di lapangan.
"Stok melimpah bukan jaminan harga di pasar akan stabil. Jika distribusi tidak diawasi dengan benar, masyarakat kecil di daerah terpencil tetap bisa merasakan kesulitan," ungkap dia.
Baca Juga: Luas Masa Tanam Kedua Turun Drastis, Dinas Pertanian Gunungkidul Sebut Karena Persoalan Air
Terkait rencana ekspor beras, Rajiv meminta pemerintah berhati-hati dalam mengambil kebijakan.
Ia menyambut baik permintaan dari negara lain seperti Malaysia, namun mengingatkan bahwa pemenuhan kebutuhan domestik tetap harus diutamakan.
"Kita harus memastikan bahwa semua dapur rakyat telah aman dari kelangkaan dan harga tinggi sebelum memutuskan untuk mengekspor," katanya.
Lebih lanjut, Rajiv juga menekankan pentingnya diversifikasi pangan nasional.
Ia mendorong pemerintah untuk mengembangkan komoditas lain seperti jagung, sorgum, dan umbi-umbian agar ketahanan pangan Indonesia tidak hanya bertumpu pada beras.
"Kita perlu mendorong kemandirian pangan berbasis lokal. Tidak semua wilayah cocok untuk budidaya padi, oleh karena itu komoditas alternatif seperti sorgum dan umbi-umbian harus lebih diperhatikan," pungkas Rajiv.
Berita Terkait
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Ustaz Khalid Basalamah Terseret Korupsi Kuota Haji: Uang yang Dikembalikan Sitaan atau Sukarela?
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
Terkini
-
Jogja Diguyur Hujan Seharian? Cek Prakiraan Cuaca Lengkap Rabu, 17 September 2025
-
Profil Ni Made Dwipanti Indrayanti: Sekda DIY Perempuan Pertama di Jogja yang Sarat Prestasi
-
Rahasia Serangga Kali Kuning Terungkap! Petualangan Edukatif yang Bikin Anak Cinta Alam
-
Ni Made Jadi Sekda DIY: Mampukah Selesaikan Masalah Sampah dan TKD yang Membelit Yogyakarta?
-
40 Kebakaran dalam 8 Bulan di Yogyakarta: Waspada Korsleting dan Kelalaian