Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 03 Juni 2025 | 17:02 WIB
Ketua Komisi IV DPR RI, Titiek Soeharto. (Twitter)

Ia menyampaikan apresiasi atas keberhasilan ini dan menganggapnya sebagai pencapaian strategis dalam memperkuat ketahanan pangan nasional.

"Langkah konkret Kementerian Pertanian patut diapresiasi. Surplus 4 juta ton adalah prestasi besar yang menandakan Indonesia semakin dekat menuju kedaulatan pangan," ujar Rajiv pada Selasa (3/6/2025).

Menurutnya, capaian surplus ini menunjukkan implementasi kebijakan pemerintah yang berpihak kepada petani sudah mulai membuahkan hasil.

Kebijakan seperti peningkatan kuota pupuk bersubsidi, reformasi distribusi pupuk agar lebih efisien, hingga penetapan harga gabah minimal Rp6.500/kg, dianggap berperan besar dalam pencapaian ini.

Baca Juga: Luas Masa Tanam Kedua Turun Drastis, Dinas Pertanian Gunungkidul Sebut Karena Persoalan Air

"Kebijakan tersebut bukan hanya mendorong produktivitas, tetapi juga memberi dorongan moral bagi petani bahwa negara hadir mendukung mereka," jelas Rajiv.

Ia juga memberikan apresiasi terhadap kinerja Perum Bulog yang berhasil menyerap beras hingga mencapai 2,429 juta ton per akhir Mei 2025, sebuah rekor dalam kurun waktu 57 tahun terakhir.

Meskipun memberikan apresiasi, Rajiv mengingatkan pemerintah agar tidak terlena dengan capaian surplus ini.

Ia menekankan pentingnya evaluasi berkala, terutama dalam distribusi beras yang harus dikawal ketat agar tidak menimbulkan disparitas harga di lapangan.

"Stok melimpah bukan jaminan harga di pasar akan stabil. Jika distribusi tidak diawasi dengan benar, masyarakat kecil di daerah terpencil tetap bisa merasakan kesulitan," ungkap dia.

Baca Juga: Pasar Murah Sleman Jelang Lebaran Diminati Warga, Beberapa Jam sudah Ludes

Terkait rencana ekspor beras, Rajiv meminta pemerintah berhati-hati dalam mengambil kebijakan.

Ia menyambut baik permintaan dari negara lain seperti Malaysia, namun mengingatkan bahwa pemenuhan kebutuhan domestik tetap harus diutamakan.

"Kita harus memastikan bahwa semua dapur rakyat telah aman dari kelangkaan dan harga tinggi sebelum memutuskan untuk mengekspor," katanya.

Lebih lanjut, Rajiv juga menekankan pentingnya diversifikasi pangan nasional.

Ia mendorong pemerintah untuk mengembangkan komoditas lain seperti jagung, sorgum, dan umbi-umbian agar ketahanan pangan Indonesia tidak hanya bertumpu pada beras.

"Kita perlu mendorong kemandirian pangan berbasis lokal. Tidak semua wilayah cocok untuk budidaya padi, oleh karena itu komoditas alternatif seperti sorgum dan umbi-umbian harus lebih diperhatikan," pungkas Rajiv.

Load More