Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 03 Juni 2025 | 23:06 WIB
Ilustrasi sastrawan di Indonesia. (Pixabay)

Terakhir, terdapat donatur-donatur yang bersedia memberi hibah terhadap penulis sastra yang mumpuni agar orang tersebut bisa fokus dalam menulis karya sastra.

"Jadi, sastrawan tersebut tidak harus memikirkan ekonomi keluarganya. Tapi, kayaknya ini sulit. Kembali ke soal masih rendahnya penghargaan terhadap karya sastra," ucapnya.

Aprinus berharap pemerintah dalam 5-10 tahun ke depan bisa mendorong masa depan sastra Indonesia makin maju dan berkembang. Tanpa melupakan kesejahteraan para pelaku sastranya makin meningkat.

Sebab, karya sastra adalah produk bangsa, bukan sekedar produk per orang.

Baca Juga: Joko Pinurbo di Mata Sang Istri: Pribadi yang Sederhana

"Keunggulan suatu bangsa dapat dilihat apa sastranya juga unggul. Karya yang unggul tentu perlu dukungan semua pihak," pungkasnya.

Memang, kesejahteraan sastrawan di Indonesia masih menjadi isu yang kompleks dan sering kali luput dari perhatian publik.

Banyak sastrawan yang berkarya bukan karena motif ekonomi, tetapi lebih karena panggilan jiwa dan idealisme.

Sebagian besar dari mereka tidak mengandalkan karya sastra sebagai sumber penghasilan utama, melainkan memiliki pekerjaan lain untuk menopang kehidupan sehari-hari.

Hal ini disebabkan oleh rendahnya apresiasi masyarakat terhadap karya sastra, baik dari segi pembacaan maupun dari aspek komersialnya.

Baca Juga: Penyair Joko Pinurbo Disemayamkan di Bantul

Load More