SuaraJogja.id - Kasus dugaan penganiayaan yang melibatkan para santri di Pondok Pesantren atau Ponpes Ora Aji, Sleman berakhir damai. Hal ini menyusul kedua belah pihak yang sepakat untuk menyelesaikan permasalahan ini secara kekeluargaan.
Hal ini dibenarkan oleh Kapolresta Sleman, Kombes Pol Edy Setianto Erning Wibowo saat dikonfirmasi awak media. Kesepakatan damai itu dicapai melalui keadilan restoratif (restorative justice) pada Selasa (3/6/2025) kemarin.
"Kedua belah pihak telah sepakat menyelesaikan permasalahannya secara damai. Baik pemasalahan penganiayaan maupun pencurian," kata Edy, Rabu (4/6/2025).
Kesepakatan damai yang sudah dicapai itu sekaligus dibarengi dengan pencabutan laporan dari kedua belah pihak. Baik laporan terkait penganiayaan maupun pencurian.
"Masing-masing telah mencabut laporannya. Dilakukan restorative justice. Laporan polisinya dicabut dan perkara diselesaikan," tandasnya.
Ketua tim kuasa hukum korban penganiayaan KDR, Heru Lestarianto turut membenarkan hal itu. Kesepakatan damai ini sudah diputuskan langsung oleh korban dan keluarga.
"RJ di Polres Sleman, kemarin. Jadi orang tua korban sama korban ke sini, terus dapat nasehat dari pihak-pihak tertentu yang menurut dia, ya sudahlah sebaiknya berdamai saja. Terus menyampaikan kepada kita, terus ketemu di Pondok Ora Aji setelah itu melakukan RJ di Polresta Sleman," tutur Heru.
Terkait kompensasi atau syarat khusus dalam kesepakatan damai itu, Heru mengaku tak mengetahui secara detaul. Pasalnya hal tersebut di luar daripada kewenangan kuasa hukum.
"Jadi kalau masalah kompensasi dan lain-lain itu tidak melalui penasehat hukum. Sehingga itu langsung dengan keluarga. Jadi kita ngurus masalah RJ-nya saja kemarin," ucapnya.
Baca Juga: Kasus Dugaan Penganiayaan Santri Mencuat di Ponpes Ora Aji, Gus Miftah Minta Maaf
Melalui keterangan tertulisnya, Kuasa Hukum Ponpes Ora Aji, Adi Susanto menuturkan bahwa setelah dilakukan komunikasi, kedua belah pihak bersepakat untuk berdamai.
"Dengan semangat kekeluargaan kedua belah pihak sudah sepakat menyelesaikan permasalah ini dengan kekeluargaan dan musyawarah," kata Adi.
Kedua belah pihak pun juga telah mencabut laporan masing-masing yang sebelumnya diberikan ke pihak kepolisian.
Mediasi Gagal
Adi bilang yayasan telah berusaha memfasilitasi perdamaian antara korban KDR dan para santri yang merasa dirugikan.
Namun, upaya tersebut gagal karena pihak keluarga korban menuntut kompensasi dalam jumlah besar.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lagi Jadi Omongan, Berapa Penghasilan Edi Sound Si Penemu Sound Horeg?
- Tanpa Naturalisasi! Pemain Rp 2,1 Miliar Ini Siap Gantikan Posisi Ole Romeny di Ronde 4
- 5 Pemain Timnas Indonesia yang Bakal Tampil di Kasta Tertinggi Eropa Musim 2025/2026
- Brandon Scheunemann Jadi Pemain Paling Unik di Timnas Indonesia U-23, Masa Depan Timnas Senior
- Siapa Sebenarnya 'Thomas Alva Edi Sound Horeg', Begadang Seminggu Demi Bass Menggelegar
Pilihan
-
Investasi Kripto Makin Seksi: PPN Aset Kripto Resmi Dihapus Mulai 1 Agustus!
-
9 Negara Siaga Tsunami Pasca Gempa Terbesar Keenam Sepanjang Sejarah
-
Bantah Sengaja Pasang 'Ranjau' untuk Robi Darwis, Ini Dalih Pelatih Kim Sang-sik
-
Dikritik Habis Legenda, Pemain Timnas Indonesia U-23 Tetap Diguyur Bonus Ratusan Juta
-
Selamat Tinggal Gerald Vanenburg! Resmi Tak Latih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025
Terkini
-
Catat! Jalan Tol Jogja-Solo Segmen Klaten-Prambanan Segera Berbayar
-
Geger Pantai Sanglen: Sultan Tawarkan Pesangon, Warga Bersikeras Pertahankan Lahan
-
Keluarga Sebut Diplomat Arya Daru Hanya Gunakan Satu Ponsel yang Kini Masih Hilang
-
Kakak Ipar Arya Daru Ungkap Kondisi Istri: Minta Masyarakat Kawal Kasus dengan Empati
-
Arya Daru Putuskan Bunuh Diri? Keluarga Akui Tak Pernah Dengar Almarhum Mengeluh soal Kerjaan