Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 08 Juni 2025 | 14:47 WIB
Ilustrasi hotel di Jogja. (Pixabay)

Danang bilang Pemkab Sleman berkomitmen untuk berupaya terus mendukung industri perhotelan dan restoran. Sehingga perekonomian khususnya di Bumi Sembada masih tetap terus berjalan.

"Mudah-mudahan bisa kita siasatilah. Kita tidak melarang, tapi membatasi atau seperti apa, sehingga semua ekonomi ini berjalan. Sehingga semua sirkulasi keuangan jalan terus sehingga masyarakat juga bisa merasakan," kata dia.

Seperti diketahui, saat libur Lebaran 2025, tingkat okupansi di DIY anjlok hingga 20 persen lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.

Di Sleman, ratarata okupansi saat itu hanya sekitar 35,7 persen, dengan puncaknya di kisaran 54 persen.

Baca Juga: Moratorium Hotel Sumbu Filosofi Diberlakukan, PHRI Desak Penertiban 17 Ribu Penginapan Ilegal

Menjelang Idul Adha 2025, PHRI mencatat bahwa peningkatan pemesanan hotel baru terjadi mulai H+1, bukan tepat di hari Idul Adha.

PHRI pun mengeklaim target okupansi bisa saja mencapai 80 persen saat libur Idul Adha ini. Tapi hal itu perlu dilihat lagi bagaimana warga memilih liburan di momen ini.

Membandingkan saat lebaran kemarin, kunjungan wisatawan ke Sleman mencapai sekitar 436.600 orang—tertinggi 86.067 pengunjung pada tanggal 3 April 2025.

Sekitar 33 persen dari itu adalah wisata alam; kawasan Kaliurang-Pakem dilaporkan dikunjungi 17.900 wisatawan, dan aktivitas lava tour di Kaliadem mencapai 23.742 pengunjung.

Namun, kunjungan tinggi tidak serta-merta menguntungkan sektor perhotelan atau kuliner setempat karena wisatawan datang cuma sehari, tanpa menginap.

Baca Juga: Rahasia Kopi Merapi Mendunia: Pemkab Sleman Bocorkan Strategi Tingkatkan Kualitas & Produksi

Selain itu, biaya perjalanan menjadi prioritas dibanding penginapan di tengah keterbatasan dana.

Lesunya angka wisatawan di Sleman saat momen lebaran kurban ini pun banyak faktornya. Pertama banyak orang lebih memilih berkurban dan berkumpul keluarga di rumah, baru kemudian bepergian H+1.

Selain itu, daya beli lemah, masyarakat lebih memilih perjalanan singkat tanpa menginap atau berbelanja berlebihan.

Load More