Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 13 Juli 2025 | 18:25 WIB
Ilustrasi Sekolah Dasar di Sleman (Ai.Google)

SuaraJogja.id - Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sleman mencatat ada 62 Sekolah Dasar (SD) Negeri yang kekurangan siswa pada Sistem Penerimaan Siswa Baru (SPMB) 2025 tahun ajaran 2025/2026.

Puluhan SD Negeri di Bumi Sembada itu hanya tercatat mendapat kurang dari 10 siswa.

"Dari 374 SD Negeri itu, setelah proses SPMB dan daftar ulang dengan jalur yang ada, itu ada 62 SD Negeri yang penerimaan murid di bawah 10," kata Sekretaris Dinas Pendidikan Sleman, Sri Adi Marsanto dikutip Minggu (13/7/2025).

Menurut Sri Adi, ada dua penyebab utama yang membuat sejumlah SD Negeri sepi peminat.

Pertama, meningkatnya minat orang tua untuk menyekolahkan anak ke lembaga pendidikan swasta yang dianggap memiliki kualitas lebih baik.

"Sebabnya apa, pertama kecenderungan orang tua atau wali murid menyekolahkan anak untuk jenjang TK atau PAUD dan SD itu lebih tinggi ke swasta," ujarnya.

Dia tidak menampik bahwa sebagian orang tua memilih sekolah swasta sebab dianggap unggul dalam segi manajemen dan kualitas guru.

"Ya bisa jadi dari segi quality itu di bawahnya, kalau sekolah swasta di bawah yayasan yang kuat otomatis manajemen bagus, kompetensi guru dan lainnya," ucapnya.

Selain itu, faktor kedua tak lepas dari rendahnya populasi anak usia masuk sekolah dasar di beberapa wilayah.

Baca Juga: Nasib Transmigran Sleman di Ujung Tanduk? Pemkab Sleman Kembali Datangi Konawe Selatan

"Bisa jadi masyarakat di situ khususnya siswa yang berusia sekolah SD itu sedikit. Mungkin SD 3-4 atau di bawah balita misalkan," imbuhnya.

Ditegaskan Sri Adi, Disdik Sleman tak tinggal diam terkait persoalan ini. Pihaknya terus melakukan berbagai upaya agar SD Negeri tetap diminati masyarakat.

Peningkatan kualitas guru, kepala sekolah, hingga perbaikan sarana prasarana menjadi beberapa poin yang penting untuk dijadikan evaluasi.

"Memperbaiki kualitas dari sisi tenaga pendidik, kependidikannya, guru, kepala sekolah, manajemen harus bagus. Kepala sekolah berperan untuk ini seperti sebuah usaha, promosi bagus, kualitas bagus, pasti didatangi orang," tuturnya.

Terkait peningkatan kompetensi dan kapasitas guru, kata Sri Adi, hal itu sudah rutin dilakukan. Baik melalui pelatihan, sosialisasi, serta forum diskusi.

"Kembali lagi kalau keinginan orang tua ke swasta ya apa boleh buat," tambahnya.

Wacanakan Regrouping

Lebih lanjut Sri Adi bilang kondisi ini memunculkan wacana penggabungan sekolah atau regrouping. Saat ini wacana tersebut masih dalam tahap kajian.

"Regrouping ini tidak hanya masalah teknis menyatukan satu sekolahan, kan tidak hanya itu tapi banyak faktor yang harus diperhatikan juga. Itu memang baru tahap kajian," ungkapnya.

Namun untuk sementara ini, pihaknya menegaskan bahwa kegiatan belajar untun SD Negeri yang kekurangan siswa tetap berjalan normal.

"Saya tegaskan bahwa kegiatan belajar mengajar harus berjalan, tetap harus berjalan," tegasnya.

Tak Hanya SD

Tak hanya SD Negeri, Sri Ari menyebut jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri pun mengalami kondisi serupa. Walaupun tidak sebanyak SD tapi ada beberapa kelas SMP yang memang kurang siswa.

Dia mengatakan dari 54 SMP Negeri di Sleman secara umum terpenuhi kuotanya.

Namun terdapat 32 siswa yang tidak melakukan daftar ulang karena memilih sekolah swasta atau mengikuti orang tua pindah.

"Kalau dihitung prosentase ya kecil, 32 diperbandingkan dengan ribu yang sudah masuk itu kecil. Kalau SD tadi saya akui ya cukup besar kekurangan muridnya," terangnya.

Ia menambahkan, berdasarkan kebijakan Kementerian, kursi siswa SMP Negeri yang tidak mendaftar ulang tidak boleh diisi ulang.

Beberapa SMP Negeri yang kurang siswa itu berada di kawasan perbatasan Sleman. Tak jarang beberapa siswa cenderung memilih sekolah di luar daerah.

Load More