SuaraJogja.id - Pemerintah akhirnya mengambil langkah tegas dengan membatasi kuota penerimaan mahasiswa baru (maba) di perguruan tinggi negeri (PTN), termasuk di Yogyakarta.
Kebijakan ini muncul setelah sejumlah perguruan tinggi swasta (PTS) menyuarakan protes lantaran merasa kalah bersaing dalam merekrut calon mahasiswa.
"Tahun ini pak Menteri sudah membatasi penerimaan mahasiswa baru PTN sampai tanggal 31 Juli [2025]," papar Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2DIKTI) Wilayah V DIY, Setyabudi Indartono di Stipram Yogyakarta, Rabu (20/8/2025).
Menurut Setya, langkah pembatasan kuota di PTN tersebut membawa angin segar bagi PTS di Yogyakarta.
Sebab bisa memberikan waktu lebih luang bagi PTS untuk membuka pendaftaran maba.
PTS pun tidak perlu bersaing langsung dengan PTN untuk bisa mendapatkan mahasiswa.
Terlebih PTN seringkali lebih diminati calon mahasiswa alih-alih PTS. Belum lagi keberadaan PTN Badan Hukum yang memiliki otonomi besar dalam pengelolaan kampus.
PTN membuka banyak 'pintu masuk' bagi calon mahasiswa mulai awal tahun hingga September, bahkan Oktober.
Mulai dari seleksi jalur prestasi, jalur mandiri hingga seleksi melalui tes.
Baca Juga: Ekspor Kemiri, Susu, Cabai: Yogyakarta Buktikan Bisa Jadi Lumbung Pangan, Ini Strategi Kementan
Akibatnya tren jumlah mahasiswa di PTS, termasuk di Yogyakarta mengalami penurunan beberapa tahun terakhir.
Penurunan jumlah maba di PTS diperkirakan mencapai lebih dari 10 persen.
Kondisi ini dirasakan lebih dari 100 PTS di Yogyakarta.
Perguruan tinggi di Indonesia kini juga harus berhadapan dengan kompetisi global.
Banyaknya kampus asing ke Indonesia juga jadi persoalan yang harus dihadapi baik PTN maupun PTS.
"Karena itu, kami mencoba mengondisikan agar ada kolaborasi antara PTS dengan PTN. Harapannya nanti ada peluang lebih besar, khususnya bagi PTS, untuk mendapatkan waktu dan potensi mahasiswa baru," paparnya.
Dalam pertemuan nasional yang digelar di Institut Teknologi Bandung (ITB), Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia (Mendikti Saintek) menekankan pentingnya memperluas kolaborasi antara PTN dan PTS.
Kolaborasi diimplementasi melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi, mulai dari pendidikan, penelitian, hingga pengabdian kepada masyarakat.
Peluang kerja sama sudah terbuka lebar. Misalnya, dosen PTS yang melanjutkan studi doktoral di PTN jumlahnya sudah cukup banyak.
Riset bersama antara dosen PTN dan PTS pun sudah berjalan. Tinggal penguatan di bidang pembelajaran dan program pascasarjana yang perlu didorong.
"Harapannya PTN yang sudah fokus mengembangkan program pascasarjana S2 maupun S3 bisa bekerja sama dengan PTS yang belum punya program tersebut. Jadi mahasiswa PTS bisa mengakses jenjang lebih tinggi lewat kolaborasi dengan PTN," jelasnya.
Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata, lanjut Setya, membuka peluang kolaborasi antarperguruan tinggi dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor tersebut.
Dengan makin bertambahnya jumlah destinasi wisata, kebutuhan SDM yang profesional diyakini terus meningkat.
Lulusan pariwisata asal Indonesia dinilai memiliki banyak peluang untuk bekerja, baik di dalam negeri maupun di luar negeri seperti Australia, Jepang, dan Timur Tengah. Bahkan pasar dalam negeri juga terbuka besar.
"Coba dicek, apakah pengelola objek-objek wisata kita sudah profesional? Kalau program studi pariwisata bisa bekerja sama langsung dengan setiap objek wisata, SDM yang dihasilkan akan lebih qualified. Ini peluang besar untuk menempatkan SDM kita di seluruh destinasi wisata Indonesia," paparnya.
Setya menyebut, keberadaan kampus-kampus pariwisata di Yogyakarta dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja di destinasi wisata lokal.
Menurutnya, pertumbuhan destinasi baru di DIY, mulai dari desa wisata hingga atraksi buatan akan semakin menuntut keterlibatan lulusan pariwisata yang memiliki keterampilan manajerial maupun teknis.
Namun yang jadi tantangan utama saat ini adalah memastikan lulusan kampus pariwisata benar-benar terserap di lapangan kerja.
Untuk itu, L2DIKTI bersama pemda dan pemkot/pemkab berupaya memperkuat jejaring antara kampus, pemerintah daerah, dan pengelola destinasi.
"Kalau hanya mengandalkan masyarakat setempat mengelola destinasi baru, kualitasnya jelas berbeda dengan pengelolaan oleh alumni kampus pariwisata. Karena itu, kolaborasi dengan pemerintah daerah penting. Kami di L2DIKTI juga sudah memfasilitasi kerja sama PTS dengan pemda maupun pemkot," tandasnya.
Ketua Stipram Yogyakarta, Dr Suhendroyono, menambahkan banyaknya potensi pariwisata yang belum dikelola secara maksimal menjadi tantangan tersendiri bagi pengelola perguruan tinggi.
Tantangan dan potensi yang menjanjikan itu membutuhkan SDM berkualitas dan profesional.
"Oleh karenanya kampus dan pengelola pariwisata dituntut lebih jeli dalam memanfaatkan peluang," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Jawa Rp 347,63 Miliar Diincar AC Milan
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Makna Kebaya Hitam dan Batik Slobog yang Dipakai Cucu Bung Hatta, Sindir Penguasa di Istana Negara?
Pilihan
-
Waduh! Cedera Kevin Diks Mengkhawatirkan, Batal Debut di Bundesliga
-
Shayne Pattynama Hilang, Sandy Walsh Unjuk Gigi di Buriram United
-
Danantara Tunjuk Ajudan Prabowo jadi Komisaris Waskita Karya
-
Punya Delapan Komisaris, PT KAI Jadi Sorotan Danantara
-
5 Rekomendasi HP Tahan Air Murah Mulai Rp2 Jutaan Terbaik 2025
Terkini
-
PAD Mandek, Belanja Membengkak: Bantul Cari Jurus Jitu Atasi Defisit 2026
-
MJO Aktif, Yogyakarta Diprediksi Diguyur Hujan Lebat, Ini Penjelasan BMKG
-
Hindari Tragedi Keracunan Terulang! Sleman Wajibkan Guru Cicipi Menu MBG, Begini Alasannya
-
PTS Akhirnya Bernapas Lega! Pemerintah Batasi Kuota PTN, Yogyakarta Jadi Sorotan
-
Kisah Diva Aurel, Mahasiswi ISI Yogyakarta yang Goyang Istana Merdeka