Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 26 Agustus 2025 | 12:34 WIB
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Bobby Ardianto ketika memberi keterangan pada wartawan, Senin (25/8/2025). [Hiskia/Suarajogja]

SuaraJogja.id - Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Bobby Ardianto, mengingatkan tentang keberadaan jalan tol yang segera menghubungkan melintas di DI Yogyakarta.

Kehadiran jalan bebas hambatan itu dapat dimaknai sebagai hal positif untuk konektivitas antar wilayah.

Namun jika tak diperhatikan dengan seksama, infrastruktur itu hanya membuat wisatawan sekadar melintas tanpa mengeluarkan belanja berarti di Jogja.

"Saya pikir tantangannya sekarang luar biasa sekali. Jadi yang pertama kalau kita bicara di regional kita, tantangan yang paling berat dengan kondisi sekarang adalah infrastruktur," kata Bobby dikutip Selasa (26/8/2025).

Menurutnya, ketika jalur tol sudah terhubung sepenuhnya, daya saing produk pariwisata di kota gudeg akan diuji.

Tanpa penataan atraksi dan paket wisata yang menarik, wisatawan berpotensi hanya menjadikan Jogja sebagai persinggahan singkat.

"Pada saat infrastruktur tol ini sudah nyambung semuanya, tentunya kembali menjadi reminder kita bersama di Jogja. Sejauh mana kesiapan produk kita. Untuk tadi, mampu menahan wisatawannya lebih lama di sini," tuturnya.

Apalagi, menurut Bobby kondisi saat ini sudah menunjukkan kontras antara jumlah kunjungan dengan tingkat belanja wisatawan.

"Kalau bicara trafik, Jogja tinggi sekali trafiknya. Tetapi bicara spending [daya beli] belum sesuai dengan trafiknya. Ini menjadi reminder buat kita semuanya stakeholder," ucapnya.

Baca Juga: Jogja Tak Lagi Kejar Turis Massal: Strategi Baru Pariwisata Fokus Kualitas, Bukan Kuantitas!

Oleh sebab itu, ia menekankan pentingnya inovasi dalam produk pariwisata yang tidak hanya menarik minat kunjungan.

Melainkan juga mendorong pengeluaran wisatawan di destinasi.

"Bagaimana memperbaiki produk pariwisata kita yang mampu menahan wisatawannya dan mampu bisa mendorong mereka spending," imbuhnya.

Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa keterbatasan ruang di Yogyakarta harus membuat pelaku pariwisata lebih selektif dalam memilih pasar.

Menurutnya, mengejar jumlah kunjungan semata tidak otomatis meningkatkan pendapatan daerah.

"Harapannya, Jogja itu kecil, bagaimana kita bisa selektif market untuk bisa mengejar pendapatan daerah tapi tidak hanya mengejar trafiknya. Karena trafik tentunya belum tentu menjadi satu dorongan spending yang tinggi," tandasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD DIY dari Fraksi Gerindra, Budi Waljiman, menambahkan bahwa isu pariwisata Jogja tidak bisa dilepaskan dari konteks global.

Menurutnya, persaingan pariwisata semakin ketat karena negara lain lebih siap menghadapi perubahan.

"Pariwisata menghadapi dinamika global, intinya kita bicara globalisasi, kita bicara bersaing dengan negara lain tentang pariwisata. Intinya kita ini mampu, seharusnya kita mampu untuk bisa bersaing, tapi masalahnya adalah negara lain lebih siap," ucap Budi.

Ia pun mendorong agar berbagai forum lintas sektor menjadi ruang strategis untuk menyiapkan Yogyakarta menghadapi persaingan tersebut.

"Supaya kita ini bisa mempersiapkan diri untuk bisa bersaing secara global," pungkasnya.

Keinginan Sri Sultan HB X

Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X menegaskan bahwa pembangunan jalan tol di wilayahnya harus membawa manfaat bagi masyarakat.

Terlebih pertumbuhan ekonomi pada daerah yang dilintasi oleh tol.

"Harapan saya itu, tol ya itu bisa memberikan pertumbuhan ekonomi pada daerah," tegas Sri Sultan saat ditemui di Kelurahan Sinduadi, Mlati, Sleman, Senin (21/7/2025).

Gubernur DIY itu menyoroti pentingnya konektivitas yang tak hanya menghubungkan wilayah. Melainkan juga sebagai peluang untuk menumbuhkan ekonomi di daerah sekitar jalur tol.

Sultan bilang sudah seharusnya desain jalan tol tak hanya berfungsi lintasan bebas hambatan tanpa akses keluar masuk yang memadai.

Jika hal itu yang terjadi maka pertumbuhan ekonomi daerah-daerah yang dilalui tol hanya terjebak pada yang situasi yang sudah ada.

Lalu lintas hanya akan lewat tanpa memberikan dampak ekonomi nyata.

"Sekarang untuk masuk tol atau keluar tol itu ada jalan tidak yang memberikan ruang, kendaraan bisa masuk maupun keluar. Biarpun mungkin dengan keluar hanya sekadar dia makan," ujarnya.

Namun, lanjut Sultan, ketika ada akses yang memadai maka pertumbuhan ekonomi diyakni bisa lebih positif.

"Tapi kalau itu tidak ada, berarti kita hanya menyaksikan lalu lintas kendaraan. Tapi tidak ada yang berhenti. Untuk apa? Tidak membantu pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

"Apa artinya tol yang di sini ini dari Solo-Jogja itu bangun dari barat ke timur atau timur ke barat," imbuhnya.

Oleh sebab itu, Pemda DIY terus mendorong agar pemerintah pusat turut membangun jalan-jalan penghubung dari dan ke tol.

"Itu yang kita desakan untuk ke pemerintah pusat untuk membangun jalan-jalan yang bisa exit maupun masuk. Biar kabupaten, kota itu bisa menikmati pertumbuhan ekonomi," ucapnya.

Load More