SuaraJogja.id - Ratusan siswa SMPN 3 Berbah, Sleman mengalami gejala keracunan pangan usai mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Hasil investigasi dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab keracunan diduga kuat sebab makanan tidak segera dikonsumsi setelah diterima.
Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Muda Dinas Kesehatan Sleman, Gunanto, menjelaskan ada jeda waktu cukup panjang antara distribusi makanan dan waktu makan siswa.
"Faktor kemungkinan kan banyak sekali. Kok lokasinya hanya di SMP itu. Nah kebetulan kemarin itu dari hasil wawancara memang ada jeda waktu dari makanan diterima dan makanan dimakan itu cukup panjang," kata Gunanto saat ditemui, Kamis (28/8/2025).
Diungkapkan Gunanto, makanan seharusnya dikonsumsi maksimal empat jam setelah dimasak. Namun di SMPN 3 Berbah, siswa baru makan sekitar pukul 12.00 siang.
"Jadi [makanan MBG] diterima sudah 07.30, seharusnya dimakan jam 9.00 tapi sampai jam 12 baru dimakan," ungkapnya.
Gunanto menyebut, jeda panjang usai penerimaan makanan hingga dikonsumsi itu membuat keamanan makanan terganggu. Ia menekankan semua pihak untuk lebih waspada lagi ke depan.
"Nah kenapa hanya di situ, ya mungkin di tempat yang lain sesuai dengan anjuran dimakan segera. Jadi salah satu aspek, kita maaf nggih, tidak mencari siapa yang salah, tapi kewaspadaannya harus semua lini," tegasnya.
"Memang dari SPPG mungkin sudah bagus, prosedurnya jalan, tapi malah maaf mungkin dari sekolah sendiri yang terlalu tidak prosedural dalam segera mengkonsumsi sehingga lewat batas aman 4 jam tadi," imbuhnya.
Baca Juga: Dua Guru SMPN 3 Berbah Ikut Alami Gejala Keracunan usai Diduga Santap MBG
Penting Menjaga Rantai Panas
Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Cahya Purnama, turut menyoroti pentingnya menjaga 'rantai panas' dalam distribusi makanan.
Seperti menjaga rantai dingin sebuah vaksin sebelum disuntikkan ke pasien.
Ia menyatakan bahwa, makanan dalam hal ini harus dikonsumsi maksimal empat jam setelah selesai dimasak.
"Sehingga yang terbaik itu kan 4 jam ya, setelah selesai dimasak harus dimakan. Ternyata ada yang mungkin lebih karena jadi 6 jam atau mungkin lebih. Itu kan sebenarnya di masakannya itu sendiri sudah ditulis baik dikonsumsi sebelum jam," ungkap Cahya.
Terkait tidak semua siswa mengalami gejala, kata Cahya, ada kemungkinan tidak semua siswa makan atau hanya sebagian yang mengonsumsi bagian makanan yang terkontaminasi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sahroni Blak-blakan Ngaku Ngumpet di DPR saat Demo 25 Agustus: Saya Gak Mungkin Menampakan Fisik!
- Sehat & Hemat Jadi lebih Mudah dengan Promo Spesial BRI di Signature Partners Groceries
- Dilakukan Kaesang dan Erina Gudono, Apa Makna Kurungan Ayam dalam Tedak Siten Anak?
- Senang Azizah Salsha Diceraikan, Wanita Ini Gercep Datangi Rumah Pratama Arhan
- Apa Isi Alkitab Roma 13? Unggahan Nafa Urbach Dibalas Telak oleh Netizen Kristen
Pilihan
-
Dikuasai TikTok, Menaker Sesalkan PHK Massal di Tokopedia
-
Thom Haye Gabung Persib Bandung, Pelatih Persija: Tak Ada yang Salah
-
Bahas Nasib Ivar Jenner, PSSI Sebut Pemain Arema FC
-
Link CCTV Jakarta Live: Gedung DPR/MPR, Patung Kuda, Benhil dan GBK
-
Danantara Tunjuk 'Ordal' Prabowo jadi Komisaris Utama PGN
Terkini
-
Tragis! Warga Sleman Temukan Mayat Bayi di Bawah Pohon Beringin, Tali Pusar Belum Terpotong
-
Keracunan Makan Bergizi Gratis di Sleman: Bupati Minta BGN Turun Tangan, Berikan Sanksi Tegas
-
Royalti Musik Bikin Stasiun 'Sepi', Lagu Ikonik Hilang dari Yogyakarta dan Solo
-
Kronologi Keracunan Massal SMPN 3 Berbah: Makanan Terlalu Lama Disimpan jadi Biang Kerok?
-
Catat! Ring Road Utara Macet Malam Ini, Contraflow Berlaku untuk Proyek Tol Jogja-Solo