Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 16 September 2025 | 18:04 WIB
Ilustrasi hujan deras. [Ist]
Baca 10 detik
  • Musim hujan di bulan ini disebut lebih cepat terjadi
  • BMKG memprediksi curah hujan semakin tinggi di September-November 2025 nanti
  • Musim hujan yang datang lebih awal itu tidak lepas dari adanya El Niño-Southern Oscillation (ENSO)
[batas-kesimpulan]

SuaraJogja.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan akan datang lebih awal.

Disebutkan bahwa sebagian wilayah Indonesia mulai memasuki musim hujan sejak Agustus dan akan meluas pada September-November.

Pakar hidrologi dan pengelolaan DAS Fakultas Kehutanan UGM, Hatma Suryatmojo menekankan pentingnya kesiapsiagaan semua lapisan masyarakat.

Mitigasi secara struktural penting untuk dilakukan meminimisir dampak potensi bencana.

Infrastruktur pengendali banjir seperti kolam retensi, normalisasi sungai, serta perbaikan drainase kota harus dipercepat.

"Di daerah rawan longsor, pembangunan terasering dan penahan tanah perlu dilakukan. Selain itu, solusi berbasis alam seperti reboisasi hulu DAS dinilai penting untuk jangka panjang," kata Hatma, Selasa (16/9/2025).

Pria yang akrab disapa Mayong itu bilang bahwa musim hujan yang datang lebih awal itu tidak lepas dari adanya El Niño-Southern Oscillation (ENSO) dalam kondisi netral pada bulan Agustus lalu.Namun Indian Ocean Dipole (IOD) tercatat negatif.

Hal itu membuat Samudra Hindia menyuplai uap air ekstra ke wilayah Indonesia bagian barat.

Ditambah suhu muka laut lebih hangat sekitar 0,42 derajat celcius di atas rata-rata sehingga memicu pembentukan awan hujan lebih intens.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca 16 September 2025, Jogja Diguyur Hujan, Kulon Progo Diprediksi Mendung Berawan

Masih ditambah pula perubahan iklim secara global. Data menunjukkan 294 zona musim atau sekitar 42 persen wilayah Indonesia mengalami awal musim hujan yang maju dari normalnya.

Menurutnya, tantangan terbesar dari musim hujan yang lebih awal adalah meningkatnya risiko banjir bandang dan tanah longsor.

Hal itu dipicu oleh dampak deforestasi dan degradasi lahan di banyak DAS membuat banjir dan longsor lebih parah.

"Secara alami, hutan dan vegetasi menyerap air hujan dan mengurangi erosi, namun jika tutupan hutan berkurang, air hujan langsung terbuang sebagai aliran permukaan," ucapnya.

Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) oleh BMKG untuk meningkatkan akurasi prakiraan musim hujan hingga level kabupaten dinilai sebagai langkah positif.

Dikolaborasikan dengan peta kerentanan berbasis GIS juga dapat membantu pemerintah daerah dalam mengenali titik kritis bencana.

Load More