- Musim yang tak menentu memperbesar potensi penyakit DBD dan Leptospirosis di Jogja
- Masalah pengelolaan sampah juga menjadi masalah meningkatnya penyakit
- Pola hidup sehat menjadi salah satu upaya tepat untuk menghindari penularan penyakit
SuaraJogja.id - Persoalan sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) belum sepenuhnya selesai.
Hal ini berpotensi menimbulkan risiko penyakit menular di tengah cuaca tak menentu.
Ahli Epidemiologi dari Pusat Kedokteran Tropis (PKT) UGM, Riris Andono Ahmad, mengingatkan potensi penyebaran bakteri leptospira dan demam berdarah dengue (DBD) yang meningkat seiring hujan turun tidak merata.
"Sebenarnya kalau lihat yang saat ini muncul banyak kan leptospira [Leptospirosis] ya, itu sudah menjadi kewaspadaan," kata Riris, dikutip, Rabu (24/9/2025).
Ia menjelaskan bahwa pola hujan yang tidak lebat namun sering berhenti dan turun kembali justru memicu genangan air.
Kondisi ini menjadi tempat ideal bagi nyamuk berkembang biak serta lingkungan ideal bagi tikus.
"Di Kota Jogja misalnya, itu Leptospirosis, kemudian misalnya juga selain itu demam berdarah dengue itu yang akan selalu muncul di musim ketika curah penghujan mulai tinggi, terutama justru ketika curah hujan tidak sedang lebat-lebatnya. Hujan reda hujan reda itu menyebabkan genangan lebih mudah timbul untuk sarang nyamuknya," paparnya.
Disampaikan Riris, persoalan pengelolaan sampah rumah tangga, terutama plastik, botol, dan sisa makanan, punya peran penting dalam risiko penyakit tersebut.
Beberapa wilayah di Jogja yang masih mengalami darurat sampah atau pengelolaan yang kurang membuat potensi penularan semakin besar.
Baca Juga: Campak Mengintai: Yogyakarta Tingkatkan Deteksi Dini, Vaksinasi Jadi Kunci
"Apalagi untuk di DIY krisis pengelolaan sampah belum berakhir itu bisa menyebabkan tempat-tempat perkembangbiakan baik untuk nyamuk maupun untuk tikus," tuturnya.
Ia mengingatkan, tanpa pengelolaan sampah yang baik, penularan penyakit akan lebih mudah terjadi.
Oleh sebab itu masyarakat diminta menjaga pola hidup sehat sekaligus meningkatkan kebersihan lingkungan.
"Kalau kita tidak mengelola sampah dengan baik ya risiko penularan akan semakin meninggi. Jadi sebaiknya risiko pengelolaan sampah kemudian pola hidup sehat secara umum," ujarnya.
Selain itu , Riris bilang banyak penyakit menular berawal dari sanitasi lingkungan yang buruk.
Genangan air yang bercampur dengan sampah mempercepat perkembangan berbagai vektor penyakit.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
Terkini
-
Jelajah Rasa Jogja: 7 Destinasi Kuliner Wajib Coba, Ramah di Kantong hingga Legendaris!
-
Pulang ke Malioboro, Seniman Jogja Menyuarakan Empati untuk Sumatera
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
-
Antisipasi Darurat saat Nataru, Alat Pacu Jantung Otomatis Disiapkan Sejumlah Titik di Malioboro
-
Satu Armada Tembus Rata-rata 3 Kali Perjalanan Sehari, Libur Natal Wisata Jip Merapi Bawa Berkah