Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 29 Oktober 2025 | 18:25 WIB
Sekretaris UGM, Andi Sandi menyampaikan paparan dalam Rembug Sesarengan Ketahanan Pangan, Rabu (29/10/2025). [Kontributor/Putu]
Baca 10 detik
  • Beras MBG diharapkan dipilih tidak hanya mengenyangkan anak
  • Ahli gizi UGM menyarankan penggunaan beras yang bisa menambah nutrisi siswa
  • Jogja terus berupaya dalam menekan kasus stunting

SuaraJogja.id - Isu kualitas bahan makanan yang jelek akibat korupsi dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG) pemerintah menguat seiring maraknya sejumkah kasus keracunan massal siswa di sejumlah daerah.

Selain higienitas, kualitas gizi yang terkandung di dalam bahan pangan, termasuk beras yang disajikan bagi para pelajar penerima program tersebut juga dipertanyakan.

Padahal kualitas beras yang disajikan untuk MBG harus berkualitas.

Salah satunya untuk mencegah stunting para pelajar yang dalam masa pertumbuhan.

"Kalau kita bicara pangan bergizi, maka kualitas beras menjadi hal yang sangat penting. Jangan hanya melihat beras sebagai sumber karbohidrat, tetapi juga sebagai sumber protein dan mikronutrien yang bisa membantu mencegah stunting," papar Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Taryono dalam Rembug Sesarengan Ketahanan Pangan, Rabu (29/10/2025).

Menurut penemu varietas beras Gamagora 7 tersebut, pemerintah perlu memperhatikan tidak hanya kuantitas, tetapi juga kualitas gizi beras yang disalurkan melalui program MBG.

Sebagai bahan pangan pokok MBG, kualitas beras yang disajikan mestinya tidak asal-asalan.

Beras yang diberikan seharusnya masuk kategori premium bergizi.

Dengan demikian manfaatnya bukan hanya membuat anak kenyang.

Baca Juga: Yogyakarta Berhasil Tekan Stunting Drastis, Rahasianya Ada di Pencegahan Dini

"Tapi juga membantu tumbuh kembang anak secara optimal," ungkapnya.

Karenanya seiring makin tingginya kebutuhan stok beras untuk MBG, termasuk di Yogyakarta, Taryono menilai pemerintah bisa menjadikan Gamagora 7 dan varietas unggul sejenis sebagai bahan baku untuk program MBG.

Dengan begitu, bantuan pangan tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga berkontribusi langsung terhadap penurunan angka stunting di Indonesia.

Apalagi di Indonesia, angka prevalensi stunting masih cukup tinggi.

Angka prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 adalah 19,8 persen.

Sedangkan di Yogyakarta, angka prevalensi stunting di DIY pada tahun 2024 adalah 17,4 persen.

"Program Makan Bergizi Gratis ini bagus, tapi perlu dipastikan kualitas bahan pangannya. Gamagora 7 bisa saja digunakan untuk mendukung program nasional ini," paparnya.

Ia juga mengingatkan agar wacana ketahanan pangan tidak berhenti pada isu distribusi atau logistik saja, tetapi mencakup aspek kualitas dan keberlanjutan produksi.

Dengan varietas yang cepat panen dan bernilai gizi tinggi, Indonesia dapat meningkatkan produktivitas sekaligus memperkuat fondasi kesehatan generasi muda.

Contohnya varietas seperti Gamagora 7 membuat petani bisa panen tiga kali setahun.

Artinya produksi beras nasional meningkat dan kaya gizi sehingga ketahanan pangan kita hanya soal kuantitas, tetapi juga kualitas.

Varietas hasil rakitan tim peneliti UGM ini merupakan padi amfibi berumur pendek hanya 95 hari di musim hujan dan 85 hari di musim kemarau.

Produktivitas tinggi mencapai 9–10 ton per hektar di lahan lempung.

Selain cepat panen, varietas ini juga tahan terhadap kondisi iklim ekstrem. Selain itu bisa tumbuh di lahan sawah maupun lahan tadah hujan yang sering tergenang.

"Bahkan ketika hujan berhenti dua minggu, lalu turun lagi dua minggu kemudian, tanamannya tetap bisa recovery dengan baik.

Taryono menambahkan, pemerintah, termasuk Pemda DIY tidak perlu mengkhawatirkan stok beras premium.

UGM telah membudidayakan Gamagora 7 di berbagai daerah seperti Klaten, Grobogan, Ngawi, Nganjuk, Blitar, NTB, dan Sumatera Utara.

Varietas ini sudah menjadi varietas anjuran pemerintah daerah di beberapa wilayah.

Di lahan yang sesuai, hasilnya stabil di kisaran 9 ton per hektar, meski dapat turun 20 persen jika terkena serangan hama seperti tikus.

"Jadi saat harga beras naik dan langka, maka varietas ini bisa jadi pilihan," ujarnya.

Sementara Sekretaris UGM, Andi Sandi mengungkapkan kampus memang berperan untuk meningkatkan ketahanan pangan.

Sebab selama ini dunia pendidikan seringkali dijauhkan dari masyarakat, padahal hasil-hasil temuan riset dari universitas perlu disebarluaskan.

Karenanya UGM terus melakukan kampanye sains dan teknologi yang didukung oleh Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi Kemdiktisaintek, melalui Program Kampanye Tematik Sains dan Teknologi (Resona Saintek).

Temuan-temuan yang dilakukan UGM diharapkan tidak hanya berhenti di laboratorium saja atau di lapangan percobaan.

"Tetapi kami ingin itu juga membawa dampak khususnya dampak positif kepada masyarakat," kata dia

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More