Budi Arista Romadhoni | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 12 November 2025 | 07:28 WIB
Ilustrasi wisata alam di Sleman. (Sumber: Shutterstock)
Baca 10 detik
  • Anggaran Dispar Sleman dipangkas 62% dari Rp15 miliar, berdampak pada pembatalan sejumlah event besar.
  • Event seperti Sleman Temple Run dan Tour de Merapi terancam hilang akibat efisiensi anggaran besar-besaran.
  • Dispar Sleman fokus pada kolaborasi lintas sektor dan kampus untuk promosi wisata berbasis edukasi.

SuaraJogja.id - Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Sleman dipastikan akan melakukan penyesuaian besar-besaran tahun depan. Hal ini menyusul efisiensi anggaran yang mencapai 62 persen. 

Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Sleman, Koes Indarto mengatakan anggaran Dispar Sleman sebelumnya mencapai Rp15 miliar. Namun jumlah itu dipangkas sebesar 62 persen pada tahun depan.

"Jadi kalau dari semuanya, ya tinggal dihitung kalau kemarin, kalau nggak salah sekitar Rp15 M atau berapa ya. Nanti datanya ada. Bisa minta juga di BKAD, anggaran kita berapa, dari pendapatan kita berapa, terus dipotong 62 persen," kata Koes dikutip, Selasa (11/11/2025).

Ia menuturkan bahwa sejumlah event besar seperti Sleman Temple Run dan Tour de Merapi bahkan terancam batal digelar.

"Yang paling jelas nanti, mudah-mudahan tidak ya, yang jelas beberapa event kami hilang. Sleman Temple Run kemungkinan hilang, Tour de Merapi mungkin hilang," ucapnya. 

Tak hanya itu, Dispar Sleman akan memangkas keikutsertaan di sejumlah pameran dan kegiatan promosi nasional. Termasuk kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE).

"Kemudian beberapa kami akan mengurangi keikutsertaan di dalam pameran. Ada beberapa pameran yang kami tidak ikuti lagi. Kemudian tabletop dan tablet dialog mungkin tidak akan sebanyak pada masa-masa sebelumnya," imbuhnya.

Koes menjelaskan dari total anggaran yang dimiliki Dinas Pariwisata Sleman sebagian besar memang digunakan untuk belanja pegawai. 

Meski begitu, pihaknya berkomitmen untuk tetap menjalankan promosi wisata dengan mengedepankan kolaborasi lintas sektor, terutama dengan kampus dan pelaku industri pariwisata.

Baca Juga: 4 Mobil Bekas Murah dan Irit, Lincah di Tengah Padatnya Kota Yogyakarta

Dengan nada bercanda, ia mengatakan hal yang bisa dilakukan menghadapi efisiensi ini adalah berdoa. Selain itu, menurut Koes, langkah realistis yang bisa dilakukan adalah memperkuat kerja sama dengan berbagai pihak.

"Makanya yang kita lakukan adalah berdoa, yang lainnya adalah kita meningkatkan kolaborasi saja, yang bisa dilakukan adalah meningkatkan kolaborasi dengan teman-teman pelaku wisata yang lain. Misalnya dengan teman-teman hotel, dengan teman-teman pelaku event-nya," tandasnya.

Salah satu kerja sama yang didorong yakni menjalin kemitraan dengan universitas-universitas di Yogyakarta.

Ia menilai Yogyakarta tidak bisa hanya dipandang sebagai kota wisata. Melainkan harus kembali ke jati dirinya sebagai kota pendidikan. 

Sebagai solusi, Dispar Sleman kini mendorong universitas untuk ikut berperan dalam menggeliatkan kegiatan pariwisata berbasis edukasi.

"Beberapa waktu lalu sudah melakukan mulai giat mendekati teman-teman universitas. Mungkin event-event yang ada selama ini mungkin arahnya lebih ke dalam ya, kita mulai arah event itu keluar," tegasnya.

Load More