Cerita Alyza, Anak Tukang Sampah yang Berhasil Diterima di UGM

Untuk membiayai sekolah Alyza, sang suami Jumari (58) melakoni pekerjaan sebagai tukang angkut sampah di lingkungan RT 01 Ngablak selama tiga belas tahun terakhir.

Chandra Iswinarno
Kamis, 16 Mei 2019 | 21:53 WIB
Cerita Alyza, Anak Tukang Sampah yang Berhasil Diterima di UGM
Alyza Firdaus Nabila, Anak Tukang Sampah di Yogyakarta yang diterima di UGM. [Suara.com/Rahmat Ali]

SuaraJogja.id - Dapat melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi (PT) ternama adalah harapan setiap orang. Tidak terkecuali dengan Alyza Firdaus Nabila (18) warga RT 01 Dusun Ngablak Desa Sitimulyo Piyungan Bantul.

Alyza merasa senang diterima di Jurusan Kehutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM) melalui jalur undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

"Saya senang, bisa diterima di kampus pilihan, walau pun sebenarnya pengen di jurusan matematika. Tapi di jurusan ini saja saya sudah senang," kata Alyza Kamis (16/05/2019).

Sang ibu, Nurhayati pun bangga mendengar anak bungsunya diterima di kampus tersebut. Terlebih anak pertamanya, Fahreza Ardiansyah (24) putus sekolah karena kendala biaya.

Baca Juga:Menilik Keseharian Supadmi, Ibunda Hafidh Peraih Nilai Sempurna UN SMA

"Saya senang dia diterima, bukan karena kampusnya gedhe, tapi karena dia sendiri maju. Kakaknya Reza dulu kelas dua SMA mogok karena kurang biaya, mungkin suka telat-telat bayarnya," tutur Nurhayati.

Nurhayati menceritakan selain bisa melanjutkan di UGM, Alyza merupakan siswa berprestasi di sekolahnya. Ia sempat mendapat penghargaan untuk perolehan nilai ujian sekolah tertinggi di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sewon Bantul.

Mantan buruh pabrik ini, menambahkan untuk membiayai sekolah Alyza, sang suami Jumari (58) melakoni pekerjaan sebagai tukang angkut sampah di lingkungan RT 01 Ngablak selama tiga belas tahun terakhir.

Setiap dua hari sekali dengan bayaran yang relatif murah, Jumari berkeliling mengambil kantong-kantong sampah untuk diantarkan ke tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) Piyungan.

"Penghasilan bapak per bulanya satu juta, kalau bersihnya tujuh ratus lima puluh ribu, karena harus bayar biaya operasionalnya, terutama sewa Pick Up, karena punya sendiri sudah tua, takutnya macet," kata Nurhayati

Baca Juga:Dapat Nilai UN 400, Hafidh Wujudkan Mimpi Melanjutkan Kuliah di Teknik UGM

Untuk membantu perekonomian keluarga, Nurhayati ikut membuka usaha cuci pakaian di rumahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini