SuaraJogja.id - Seorang guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Iwan Dwiprahasto, dinyatakan positif COVID-19 dan meninggal dunia pada Maret 2020 lalu. Sang dokter memiliki seorang istri yang juga merupakan guru besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM sama sepertinya, Prof Adi Utarini. Tepat tiga hari setelah wafatnya suami tercinta, Prof Adi Utarini kemudian diisolasi di RSUP Dr Sardjito.
Uut, panggilannya, dirawat di ruang isolasi sejak 28 Maret hingga 15 April 2020. Tak lama setelah diperbolehkan kembali ke rumah, ia menulis sebuah surat digital, disertai ucapan selamat Hari Kartini, bagi tenaga kesehatan atau nakes yang telah merawatnya selama masa isolasi. Berikut isi surat tersebut:
Yth seluruh keluarga besar ruang isolasi Melati M5, RSUP Dr Sardjito
Selamat Hari Kartini, khususnya untuk perawat perempuan dan seluruh tim medis-manajemen lainnya. Semoga tulisan ini menyemangati.
Baca Juga:Cie, Mikha Tambayong dan Deva Mahenra Go Public?
Assalamu’alaikum wr wb,
Saya Uut (Adi Utarini), yang dirawat 19 hari di kamar B2, Melati M5. Saya dirawat mulai tanggal 28 Maret-15 April 2020. Saya mulai menjalani isolasi di sana 3 hari setelah suami saya meninggal karena COVID-19 (Iwan Dwiprahasto).
Alhamdulillah selama dirawat di sana, banyak sekali pengalaman yang saya peroleh, baik fisik, mental, maupun yang terpenting adalah pembelajaran spiritual.
Saya banyak diberi kemudahan oleh Allah SWT. Saya banyak dimudahkan melalui dr Ika, para dokter spesialis, dokter jaga, residen penyakit dalam-THT, dan terutama seluruh perawat yang tulus memperhatikan kesehatan saya dalam kesehariannya.
Kalau mengingat masa isolasi kemarin, ada hal-hal yang saya rindukan juga ketika saya kembali ke rumah. Ada hal-hal rutin yang memberikan kebahagiaan bagi saya di sana. Momen yang membahagiakan itu terutama adalah ketika mbak-mbak perawat masuk ke ruangan saya (maafkan saya yang tidak menyebutkan nama).
Baca Juga:4 Tips Pilih Masker Naik Motor, Agar Tidak Timbulkan Dampak Buruk
Bukan hanya karena apa yang mereka lakukan untuk kesehatan saya, tetapi lebih dari itu. Saya merindukan sapaan mereka yang selalu ceria. Saya selalu menantikan obrolan singkat setiap pagi, siang, dan sore. Sekalipun singkat, tapi itu sungguh-sungguh berarti untuk saya.
'Selamat pagi... ada keluhan apa Prof...' Nadanya sangat riang, menyemangati.
Air panas untuk mandi yang mereka sediakan, sungguh menghangatkan hati saya. Begitu pula petugas cleaning service yang membuat kamar mandi saya wangi setiap hari dan lantai kamar saya licin, dibersihkan 2x sehari. Tanpa mereka, saya tidak akan dapat bertahan sesabar ini di M5.
Di balik itu saya sering merenung, betapa besar pengorbanan mereka untuk orang-orang seperti saya. Mereka mempertaruhkan nyawanya (dan juga keluarganya yang berinteraksi dengan mereka), demi orang-orang yang tidak mereka kenal, yang tidak pernah berbuat apa pun untuk hidup mereka.
Mereka pasti orang-orang yang diberi kelebihan dan kekuatan oleh Allah SWT. Subhanallah... Ya Allah, jauhkanlah mereka dari mara bahaya yang setiap hari mengintai. Berilah mereka kekuatan iman, kesehatan, keikhlasan, ketenangan agar mereka tidak merasa takut, tidak merasa sedih atau khawatir, agar mereka senantiasa sehat, bersemangat untuk melakukan pengabdiannya. Lindungi pula keluarga mereka Ya Allah.
Kerinduan yang lain adalah suara gaib berupa azan yang terus-menerus berkumandang di setiap malam. Azan itulah yang menenangkan saya, menemani saya melewati malam hingga pagi. Jam berapa pun saya terbangun, selalu ada suara azan itu. Pasti Allah mengirimkannya untuk menguatkan saya. Saya merindukannya.
Begitu pula dokter jaga dan residen penyakit dalam, THT, dr Agus Surono, dr Lusi ,yang pernah mampir/berkomunikasi ke ruangan saya. Sekalipun singkat interaksinya, tapi sangat bernilai untuk saya, yang 'sendiri' menjalani masa isolasi ini.
Khusus Dr Agnes, terimakasih sudah berkenalan di Instagram dan kemudian bertemu beberapa jam sebelum saya pulang. Maafkan perilaku dan perkataan saya yang tidak berkenan selama menjadi pasien. Ada masa-masa berat dan masa-masa yang lebih stabil selama saya di sana. Semoga semuanya tetap sehat, ikhlas, bersemangat menjalani hari-hari di Sardjito sampai dengan lulus pendidikan spesialis (bagi residen).
Yakinlah bahwa kita semua ini sedang diberikan kelebihan dengan menjalani proses seperti ini di masa-masa yang tidak mudah ini. Di balik musibah, selalu ada banyak rencana baik yang akan Tuhan berikan. Insyaallah. Amin.
Untuk dr Ika, dokter spesialis paru, dokter yang merawat saya, yang baik hati, cantik, dan ceria. Saya sering rindu dengan Dr Ika setelah kembali ke rumah. Saya tidak akan pernah lupa kiriman telur rebus, telur ceplok, dan popcorn-nya. Itu telur ceplok paling enak sedunia hahaha. Popcorn sengaja saya simpan supaya bisa dinikmati berdua dengan Putri, anak saya. Sekarang sudah ludes Bu... [emoji tertawa]
Kastengelsnya dr Ida crispy banget, terus saya pakai untuk melatih disiplin diri sendiri. Setiap hari hanya boleh makan dua [emoji mengedipkan sebelah mata].
Saya juga ingin berterima kasih ke tim Gizi rumah sakit. Saya sering pamer makanan rumah sakit yang saya habiskan, ludes des. Bahkan sampai di rumah, saya masih disangoni 1 kotak, yang juga saya habiskan di rumah.
Setiap hari makanan saya bukan hanya bergizi, tetapi mewah, dengan nasi yang dibentuk seperti bunga mawar, tiga macam lauk, sayur, dan sup. Belum lagi susu dan snack, 2x sehari. Saya kadang merasa seperti saya sedang indekos di tempat yang mewah. Masyaallah... Dan luar biasanya, sampai di rumah berat badan saya tidak bertambah [emoji tertawa]
Yang saya hormati Pak dr Rukmono, Dirut Sardjito. Di hari Pak Rukmono dilantik, saya mengirimkan WA gurauan. Isinya kurang lebih, kalau sudah dilantik, mbok ya saya dipulangkan. Alhamdulillah Allah mendengarnya. Saya betul-betul boleh pulang keesokan harinya. Terima kasih kiriman kue bakpia, air putih, dan roti untuk saya. Semoga Pak Rukmono selalu dimudahkan dalam menjalankan amanah di Sardjito bersama seluruh tim manajemen.
Hari-hari terberat sudah saya lalui. Saya ditemani dr Kalkarina, dr Juvan, dr Gani, dr Gunawan, seluruh residen anestesi, dan tim perawat di ICU, tim Forensik, dan seluruh tim manajemen Sardjito sampai dengan pemakaman Mas Iwan. Saya tidak mampu menyebutkannya satu per satu. Terima kasih yang setulusnya. Allah Maha Tahu yang terbaik untuk Mas Iwan. Ini sudah suratan takdirnya.
Doa saya untuk seluruh tim di ICU, Melati M5, perawat di Ayodya, tim Forensik, dan tim manajemen RS dan semua pihak yang tidak mampu saya sebutkan, Allah Maha Tahu dan mencatat apa yang dikerjakan hambaNya setiap harinya dan Allah akan membalasnya dengan menjaga Bapak Ibu semua dengan rahmat dan berkahNya.
Tetap bersemangat ya... [emoji lengan berotot]
Saya juga akan berusaha bersemangat menjalani hari-hari saya ke depan. Insy allah kita semua dimudahkanNya.
Wassalaamualaikum wr wb
Salam hangat, Uut.
Demikian tulis Uut, yang diakhiri dengan keterangan bahwa tulisan itu diambil dari diary atau catatan harian miliknya.
Kala dihubungi SuaraJogja.id, Uut juga menyampaikan pesan kepada masyarakat agar mendukung tenaga kesehatan yang mencurahkan waktu dan tenaganya serta mengorbankan diri dan keluarganya demi menangani kasus COVID-19.
"Gerakkan keluarga, tetangga, masyarakat agar mengikuti anjuran untuk mencegah bertambahnya kasus. Itu adalah sumbangsih nyata!" ungkapnya, Selasa (21/4/2020).
Kontributor : Uli Febriarni