Ia juga saat ini lebih banyak mendekatkan diri untuk mendalami agama. Ia mengaku sudah sejak lama berpegang teguh pada kepercayaannya sebagai seorang muslim. Bahkan saat masih berstatus preman, larangan untuk minum alkohol hingga membuat tatto tak dilakoninya.
"Dulu saya ya masih memegang norma-norma agama, dan sekarang setelah pensiun mencoba untuk lebih dekat lagi apalagi saya ini kan juga sebagai orang beragama, saya harus mulai menyeleksi mana yang salah dan mana yang haq," kata Haji Icap.
Di mata para anggotanya, Haji Icap saat ini masih menjadi panutan. Tak sedikit di antara anggotanya yang dulu bekas narapidana kini dituntun untuk lebih mendekatkan diri pada agamanya dan menjauhi dari tindakan melanggar hukum.
"Jika ingin menjadi seorang jagoan, haruslah berani bertanggungjawab dengan tindakannya. Saat ini sudah bukan saatnya berkelahi, lebih baik menjaga diri dan keluarga saja," katanya.
Baca Juga:Indogrosir Jogja Ditutup Sementara, Bermula dari Karyawan Pingsan
Gempa Jogja menjadi awal titik balik
Serupa dengan Haji Icab, mantan preman lainnya yakni Hasannudin atau akrab dipanggil Hasan juga sempat merasakan sengitnya dunia preman saat muda.
Dia dahulu merupakan pimpinan geng Merkids (Mergangsan Kidul). Sepak terjang geng tersebut di dunia premanisme bikin takut. Hasan pernah membacok dan menusuk orang, kalau ditotal-toal mungkin puluhan orang.
Rekornya sebagai preman makin bertambah setelah ia berstatus residivis. Berulang kali ia masuk penjara karena ulahnya. Mulai dari kasus pengerusakan, pengeroyokan serta penganiayaan yang menyebabkan korban luka bahkan meninggal.
Hasan masuk ke dunia preman sejak usia belasan tahun. Dulu, dia bergabung ke geng preman untuk mencari jati diri. Sebelum menjadi preman, dia sering diremehkan orang karena terlahir dari keluarga miskin dan korban perceraian.
Baca Juga:Viral Gadis Cilik Penjual Jajan di Jogja, Netizen: Senyumnya Luar Biasa!
“Saya di kampung dikenal gembeng (cengeng) jadi cuma buat suruh – suruhan orang kampung karena saya orang gak punya juga, terus saya sempat keluar kampung udah kayak orang jalanan tiap hari berantem. Terus saya masuk Sleman (masuk penjara di Sleman) kasus pembacokan, nah dari situ orang kampung saya terus kaget,” kata Hasan.