Temui Bupati, APPSI Bantul Desak Optimalisasi Pasar

"Optimalisasi diharapkan dapat menarik minat masyarakat untuk berbelanja ke pasar," ujar Sukarno.

M Nurhadi | Mutiara Rizka Maulina
Kamis, 04 Juni 2020 | 14:39 WIB
Temui Bupati, APPSI Bantul Desak Optimalisasi Pasar
Proses Audiensi APPSI dengan Bupati Bantul di ruang kerja bupati Kamis (4/6/2020). [Humas]

SuaraJogja.id - Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Kabupaten Bantul melakukan audiensi dengan Bupati Kamis (4/6/2020). Dalam kegiatan tersebut, APPSI meminta bantuan bupati agar meningkatkan optimalisasi Pasar Piyungan. 

Ketua APPSI, Sukarno menyampaikan, setelah sebelas tahun Pasar Piyungan berpindah ke lokasi baru, namun penjualan di kawasan tersebut masih lesu. Terlebih di tengah situasi pandemi, omzet pedagang menurun hingga 60%. 

Terkait dengan lesunya roda ekonomi di pasar, APPSI menyampaikan aspirasinya kepada bupati agar kios yang lama tutup dapat dibuka kembali. Sukarno menyampaikan, dari 85 kios yang ada di Pasar Piyungan, 33 diantaranya tidak pernah dibuka. 

"Kan lahan yang membatasi dari jalan raya menuju pasar kan ada lahan milik Dinas Perhubungan Provinsi, dengan harapan apabila itu bisa dihibahkan ke Bantul, dapat dikelola pemerintah," kata Sukarno saat ditemui di ruang kerja Bupati Kamis (4/6/2020). 

Baca Juga:Jus Mentimun, Rahasia Kecantikan dan Awet Muda Aishwarya Rai

Sukarno menjelaskan, optimalisasi pasar bisa dilaksanakan dengan mengaktifkan kios yang sebelumnya tutup. Selain itu, ia berharap lahan yang membatasi pasar dengan jalan raya dapat dikelola oleh pihak pemkab.

Lahan tersebut, sambung dia, saat ini berstatus lahan milik Dinas Perhubungan Provinsi, Sukarno menyebut pihaknya ingin mengolah lahan tersebut sebagai rest area. Sesuai kesepakatan bersama, rest area tersebut diharapkan dapat menarik lebih banyak pembeli untuk datang ke Pasar Piyungan.

Selain itu, pagar yang ada di lahan tersebut juga menutup bangunan pasar.Sehingga beberapa kios yang terisi pedagang tidak tampak dari jalan. 

"Kios itu dijalan malah gak kelihatan, jadi seolah tidak penjual," imbuhnya. 

Sukarno menjelaskan dari 33 kios yang tutup memiliki beberapa alasan. Diantaranya adalah pemiliknya memang bukan penjual, serta biaya operasional yang lebih tinggi daripada pendapatan membuat pemilik kios memilih untuk menutup tempat jualannya. 

Baca Juga:Jangan Panik, Ini 5 Cara Kurangi Risiko Kontraksi di Awal Kehamilan

Ia juga menyayangkan kios yang tutup berada di bagian depan pasar. Padahal kios bagian depan merupakan wajah yang membuat pengunjung lebih tertarik untuk datang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak