Di tengah proses KKN Daring, beberapa kendala pun muncul, seperti susah sinyal dan tatap muka dengan warga yang tidak begitu intens, tetapi kreativitas dan ide tetap bermunculan.
Pada Periode 1 mahasiswa peserta KKN-PPM UGM bergandengan dengan DERU UGM, RSA UGM, dan DPkM untuk membuat face shield, hand sanitizer, sabun, edukasi ke masyarakat. Smeentara, di Periode 6, dengan lokasi desa yang sama, mereka bisa membuat podcast di Spotify, membuat website, serta membuat buku KKN Daring: Bukti Bakti Gadjah Mada tak Terkekang Pandemi dan Policy Brief (Mitigasi Covid-19 Berbasis Pengetahuan Lokal Jawa Wong Jowo Ojo Ilang Jawane).
Fernando Galang Rahmadana dari FISIPOL, salah satu mahasiswa bimbingan Galuh, menilai bahwa KKN Daring ini menjadi momentum luar biasa, khususnya bagi mahasiswa untuk menilik kembali niat, tujuan, dan esensi dari KKN itu sendiri sebagai proses pengabdian. Ia mengakui, pelaksanaan KKN dengan sistem daring tidak mudah, terlebih belum ada referensi dari KKN periode-periode sebelumnya.
“Kondisi ini sebetulnya menjadi tantangan sekaligus kesempatan bagi mahasiswa untuk ikut berperan membantu masyarakat hingga masyarakat bisa merasakan betul kehadiran para mahasiswa melalui KKN. Ini sekaligus untuk mempertegas kedudukan mahasiswa menjalankan Tridarma Perguruan Tinggi,” ungkap Fernando.
Baca Juga:Canggih, Alat Pengukur Suhu Tubuh Buatan Dosen UGM Ini Pakai Pemindai Wajah
Berlangsungnya KKN UGM sendiri tak bisa lepas dari hadirnya Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM). Saat itu, sekitar tahun 1951-1962 UGM mengirimkan mahasiswa sukarelawan untuk mengajar dan mendirikan sekolah menengah atas (SMA) di luar Jawa. Ada 1.218 mahasiswa terlibat dan 109 SMA berhasil di pulau-pulau di luar Jawa.
KKN PPM UGM kini sudah hampir merata dilaksanakan di semua provinsi di Indonesia. KKN yang melibatkan lintas disiplin ilmu ini pun telah berubah paradigmanya dari Development (Pembangunan) ke Empowerment (Pemberdayaan).
Seiring berjalannya waktu, KKN UGM terus berkembang pesat di berbagai program, sehingga diakui dunia. Beberapa perguruan tinggi di luar negeri banyak pula yang ingin mengadopsi dari program yang ada, antara lain Adger Collage University (Norwegia), Hanseo University dan Seoul Women University (Korea Selatan), Hiroshima Economic University dan Kyushu University (Jepang). Ini sekaligus mempertegas UGM sebagai kampus kerakyatan yang “Locally rooted, Globally Respected”.