Hampir setiap hari ia pergi ke ladang yang berada di atas bukit tak jauh dari Padukuhan Bonjing Kalurahan Bejiharjo yang sejatinya adalah milik Kementrian Kehutanan. Namun warga diperkenankan bercocok tanam di sela tanaman kayu keras milik Kementrian Kehutanan tersebut.
Karena ia setiap hari di kawasan tersebut, ia merasakan sensasi kesejukan luar biasa di tempat ini. Lantas timbullah pikiran untuk menjadikan Bukit tersebut menjadi destinasi wisata baru. Minimal nanti menjadi wisata alternatif di kawasan Goa Pindul yang sejatinya sudah penuh wisatawan kala keadaan sudah normal.
"Ada kawan yang bilang, kalau bisa masyarakat Pindul jangan terpaku pada Goa. Harus ada alternatif lainnya," tambahnya.
Perlahan ia mulai menata bebatuan yang ada di tempat tersebut untuk disusun menjadi lokasi duduk yang nyaman dan juga jalur yang nyaman untuk dilalui. Beberapa bangunan gazebo ia dirikan meskipun hanya berkonsep sederhana. Setiap sore selepas ashar, ia sengaja meluangkan waktu untuk menata tempat tersebut.
Baca Juga:Profil Sutrisna Wibawa, Selesai Jabatan Rektor UNY Nyabup di Gunungkidul
Enam bulan lamanya ia berjibaku menata kawasan tersebut namun belum seperti sekarang ini. Ejekan sering menghingapi dirinya dari masyarakat sekitar karena menganggap idenya adalah hal yang musykil terwujud mengingat kondisi bukit tersebut yang tidak bisa 'dijual'.
"Tapi ndak apa-apa, saya tetap semangat memperkenalkan kawasan tersebut ke masyarakat," ungkapnya.
Perlahan-lahan mulai ada pengunjung yang masuk ke kawasan tersebut. Iapun langsung melakukan pendekatan ke masyarakat terutama ke para pemuda yang ada di tempat tersebut. Ia mengajak para pemuda dan orangtua di tempat tersebut untuk minum kopi dan bercengkrama di atas bukit.
Dari minum kopi bareng itulah baru pikiran pemuda dan warga di kawasan tersebut terbuka pikiran mereka. Perlahan-lahan ada 30 orang yang menyatakan ingin bergabung dan akhirnya terbentuklah pengelola. Namun kali ini, yang aktif hanyalah 5 orang dibantu dengan beberapa pemuda.
"Alhamdulillah sekarang banyak dikunjungi," ujarnya.
Baca Juga:Tak Penuhi Syarat, 2 Paslon Jalur Independen Gagal Ikut Pilkada Gunungkidul
Sejak sebelum subuh, kawasan ini mulai dikunjungi. Mereka berburu awan dan juga ingin menikmati hangat teh poci sembari menanti fajar menyingsing. Pengunjung akan semakin banyak ketika beranjak malam. Dalam sehari, kini mereka bisa mengumpulkan omset dagangan Rp 700 ketika sepi dan di atas Rp 1 juta ketika tengah ramai pengunjung.