Semakin banyak perempuan yang bercerita padanya, ia semakin manyadari bahwa sebenarnya perempuan memiliki banyak keluhan akibat menstruasi namun jarang membicarakannya secara gamblang.
"Mereka banyak yang mengalami iritasi dan infeksi, sebenarnya banyak yang mau bicara tapi tidak tahu mau bicara sama siapa. Ya udah seperti ini nasib kita perempuan kalau menstruasi bonusnya iritasi gatal-gatal kalau pakai pembalut sekali pakai," ungkapnya.

Ketidaknyamanan perempuan dengan menstruasi, menurut Ani terlihat pada respon awal saat Biyung mengampanyekan pembalut kain. Berdalih pada efektivitas, efisiensi, dan kepraktisan, kebanyakan perempuan akan lebih memilih pembalut sekali pakai daripada pembalut kain.
"Di situlah ada persoalan yang enggak selesai, kita dijauhkan dari tubuh kita, dibuat tidak suka dengan mesntruasi, sehingga ketika tidak suka dengan menstruasi maka kita akan mencari sesuatu yang sepraktis mungkin untuk tidak berurusan dengan menstruasi,” terangnya.
Baca Juga:Olahraga yang Tepat Selama Menstruasi, Apa yang Perlu Diperhatikan?
Padahal pada tahun 2015, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menemukan kandungan klorin atau zat pemutih pada 9 merek pembalut dan 7 merek pantyliner yang beredar di pasaran Indonesia. Menurut lembaga tersebut, klorin dalam pembalut sekali pakai bias meningkatkan iritasi, gatal-gatal, keputihan dan dalam jangka panjang bisa memicu kanker serviks.
Edukasi Reproduksi Lewat Pembalut Kain
Secara umum, pengetahuan soal menstruasi sendiri masih sangat minim di kalangan perempuan. Ani menjelaskan bahwa perempuan hanya diberi solusi untuk menampung darah menstruasi tanpa mengetahui alasan harus memakainya dan berbagai persoalan terkait dengan menstruasi lainnya.
"Kita juga tidak pernah tahu setelah pakai ini (pembalut sekali pakai) tuh gimana, pertanggungjawaban terhadap sisa konsumsi kita tuh enggak pernah dapet termasuk pembalut. Nah itu yang mau diangkat sama Biyung, artinya ketika kita paham tubuh kita mulai dari rahim, kita punya tugas mulia punya kedekatan dengan ibu bumi," terang Ani.
Menurut Ani, ketika prempuan mengetahui persis tentang tubuhnya maka ia juga akan mengerti apa yang harus dilakukan atau dimakan ketika menstruasi serta menangani sakit saat menstruasi. Inilah yang ingin Biyung angkat dan sebar luaskan.
Baca Juga:Mulanya Menstruasi Tidak Teratur, Wanita Ini Didiagnosis Kanker Serviks!

Kiat Biyung dalam memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi dan menstruasi dilakukan secara luas melalui media sosial Instagram dan workshop yang pernah dilakukan sebelum pandemi. Pembalut kain juga dipilih sebagai salah satu media untuk memberikan informasi tentang kesehatan menstruasi karena dianggap tekait erat dengan ingatan masyarakat.
"Ngomongin pembalut kain, kita lebih mudah menyampaikan informasi tentang menstruasi reproduksi karena banyak perempuan punya ingatan di masa lalu kaya ibu dan nenek juga dulu begitu (pakai kain), sebenarnya generasi sebelum kita sudah menghormati diri sendiri dan lingkungan, mereka punya kebiasaan yang jauh lebih bijaksana," ujar Ani.
Ningti Athesia Sarsan atau Tesa (34) yang bertanggung jawab pada produksi pembalut kain Biyung menjelaskan bahwa setidaknya pembalut yang mereka produksi terdiri dari beberapa lembar kain. Dalam satu set, mereka juga menghadirkan beberapa ukuran, mulai dari ukuran long, regular, hingga panty liner.
"Kalau ini ada flannel tebal di bawahnya, kalau size XL sama regular kami masih tambahnya empat lapis kaos tebal," Jelas Tesa sambil menunjukkan produk pembalut Biyung.
Pembalut kain Biyung menurut Tesa bisa digunakan sampai lima jam ketika volume darah menstruasi tidak terlalu banyak. "Kita biasanya kalau pakai pembalut kain udah bisa kira-kira, misalnya kalau ketika dikenakan sudah lembap banget kaya gitu ya berarti udah harus ganti," imbuhnya.
Perempuan Bantu Perempuan