SuaraJogja.id - Namanya adalah Made Dyah Agustina. Ia seorang perempuan keturunan Bali yang lahir dan besar di tanah Ngayogyakarta Hadiningrat. Sebagai seorang penganut agama Hindu, Dyah, begitu ia akrab dipanggil, lekat dengan dunia seni, terutama tari. Bahkan, dalam agamanya, tarian menjadi salah satu bentuk peribadatan yang ia lakukan untuk menjalin hubungan dengan Tuhan.
Akrab dengan dunia tari sejak kecil membuat Dyah akhirnya jatuh cinta secara utuh dengan seni gerak tubuh tersebut. Ia besar bersama dengan beragam tarian dan berhasil lulus dari Institut Seni Indonesia (ISI) sebagai seorang Magister Seni Pertunjukan.
Ayah Dyah berasal dari Singaraja, Bali, sementara Ibunya merupakan wanita asal Wijilan, Yogyakarta. Sejak belia, Dyah sudah dikenalkan dengan tarian Bali, hingga beranjak dewasa ia kemudian mulai mempelajari jenis-jenis tarian lainnya.
Jatuh cinta dengan cabang kesenian berolah tubuh ini, Dyah sudah bertekad agar saat dewasa nanti ia ingin bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah dari hobinya tersebut.
Baca Juga:Pendeta Wanita Alih Profesi Jadi Penari Telanjang, Mengaku Bahagia
Sejak 2014, Dyah kemudian memberanikan diri untuk membuka sebuah sanggar seni tari bernama Artha Dance. Tempat tersebut ia bangun dengan tujuan untuk melestarikan kesenian, sekaligus menjadi ajang olah tubuh bagi anak-anak.
Ibu dari dua orang anak ini berharap agar nantinya Artha Dance bisa menjadi tempat untuk anak-anak dalam berkreasi, melestarikan kesenian, dan mengekspresikan jiwa mereka.
Berawal dari sebuah garasi sederhana di rumahnya, sanggar tari milik mantan Dosen PGSD itu kali pertama memiliki murid sebanyak 15 orang anak. Awalnya, Dyah belum memiliki bangunan sanggar sendiri; ia hanya memanfaatkan tempat penyimpanan mobilnya di rumah.
“Jadi pada tahun 2014 itu saya pengin mempunyai sanggar, di mana sanggar itu nantinya sebagai wadah untuk anak-anak berkreasi, melestarikan kesenian, mengekspresikan jiwa mereka,” ujar Dyah di sela-sela aktivitas mengajarnya.
Sebelum memiliki sanggar tari sendiri, Dyah sudah aktif mengajar tarian kepada generasi muda. Ia bekerja sama dengan beberapa tempat untuk menggelar les menari, di antaranya adalah Tembi Rumah Budaya dan Yayasan Darma Rini.
Baca Juga:Lama Menghilang, Mantan Pendeta ini Muncul Jadi Penari Erotis
Dengan tipe rumah 40 dan luas garasi yang hanya muat untuk 10 anak saja, Dyah bisa berkreasi bersama dengan murid-muridnya. Bahkan anak didiknya yang bergabung sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) hingga saat ini sudah memasuki tingkat kelas menengah dan menempuh pendidikan di bidang seni karawitan.