"Kalau saya realistis saja karena memang KRL ini dibutuhkan. Jadi memang sudah seharusnya ada," katanya.
Ia menyebutkan, jika dilihat secara kultur, penglaju di Jogja-Solo dengan di Jakarta itu sangat berbeda. Menurutnya, penglaju di Jogja-Solo lebih menikmati waktunya.
"Jadi kalau di Jogja itu lebih kepada alon-alon waton kelakon, kalau di Jakarta lebih lari-lari, grusah-grusuh. Ya saya harap kehadiran KRL Jogja-Solo bisa lebih mempertahankan kultur Jawa-nya," pungkasnya.