Ia melanjutkan bahwa DK, sejak 2008 tinggal dan membeli rumah di Gang Salak itu. Sebelumnya berpindah-pindah dan baru mendapat rumah tetap di Padukuhan Jotawang.
"Dia ini asalnya dari Batang, Jawa Tengah. Jika istrinya dari Gorontalo. Tinggal di sini sudah dari 2008 , dan baru ber-KTP Jotawang sekitar 2010. Jadi sudah tersaftar sebagai warga Jotawang," terang dia.
DK, lanjut Arintoko, biasa berinteraksi dengan warga. Bahkan ikut melakukan jaga malam atau ronda ketika tiba jadwalnya.
"Orangnya baik, dia cukup pintar, berbicara dengan saya saja terstruktur, kadang saya juga segan," ujarnya.
Baca Juga:Top 5 SuaraJogja: Terduga Teroris Bantul Ditangkap, Ponpes Sleman Digeledah
Tak hanya aktif berkegiatan, DK juga biasa ditunjuk menjadi khatib pada sholat Jumat. Selain itu saat Ramadan, selalu mengisi ceramah saat menjelang berbuka puasa.
Namun sekitar tahun 2016, DK sudah jarang di rumah, pengusaha roti dan kue ini juga lebih sering ke luar kota. Sementara istrinya yang mengurus usaha tersebut dan biasa sendiri di rumah.
"Dulu pelanggannya banyak yang datang, ya usahanya masih jalan sampai sekarang. Pelanggan juga ada yang datang tapi tak sebanyak dulu, yang mengurus istrinya. Selain itu istrinya biasa mengisi beberapa tutorial memasak dan membuat kue di radio-radio yang ada di Jogja," terang dia.
Dari pantauan Suarajogja pada pukul 18.45 wib rumah terduga teroris bercat kuning tersebut nampak sepi. Kendati demikian lampu teras rumah menyala dan tidak terlihat ada orang di dalamnya.
Terpisah, tetangga DK yang berada tepat di samping rumahnya, Muhammad Abi Farruq (27) mengaku bahwa akhir-akhir ini DK tak pernah terlihat di rumah, hanya ada istri saja di rumah itu.
Baca Juga:Terduga Teroris Ditangkap Densus 88 di Bantul, Begini Kronologinya
"Mereka tinggal hanya berdua saja, kebetulan tidak punya anak. Dulu selalu pindah-pindah, dan akhirnya membeli rumah di sebelah rumah saya ini," terang Abi.