SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih terus berlangsung. Meski belum teramati kembali guguran awan panas namun luncuran lava masih terus berlangsung.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan, dalam periode pengamatan Senin (12/7/2021) pukul 00.00 WIB - 06.00 WIB teramati sejumlah guguran lava pijar.
Guguran itu tidak hanya mengarah ke barat daya saja melainkan juga menuju ke arah tenggara. Hal ini disebabkan dua kubah lava Gunung Merapi yang juga masih bertumbuh.
"Teramati 2 kali guguran lava pijar ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 1.000 meter dan 4 kali ke tenggara maksimal 1.200 meter," kata Hanik dalam keterangan tertulisnya, Senin (12/7/2021).
Baca Juga:Dalam 6 Jam Merapi 3 Kali Luncurkan Lava Pijar ke Arah Barat Daya dan Tenggara
Dalam periode pengamatan visual gunung terlihat jelas. Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 100 m di atas puncak kawah.
Sejumlah kegempaan juga terpantau terus terjadi dari Gunung Merapi dalam periode enam jam ini. Mulai dari kegempaan guguran sebanyak 46 kali, hembusan sejumlah 9 kali, hybrid atau fase banyak sejumlah 59 kali dan vulkanik dangkal sebanyak 13 kali.
Sementara jika dibandingkan dengan periode pengamatan sebelumnya atau tepatnya pada Minggu (11/7/2021) pukul 00.00 WIB - 24.00 WIB. Masih tidak teramati ada awan panas guguran yang muncul.
Aktivitas Merapi pada periode 24 jam itu juga masih sama dengan guguran lava serta kegempaan yang terjadi. Dengan pengamatan selama sehari itu jumlah guguran lava pun lebih banyak.
"Teramati 19 kali guguran lava ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter dan 18 kali ke tenggara maksimal 1.000 meter," tuturnya.
Baca Juga:Senin Pagi, Gunung Merapi Kembali Luncurkan Guguran Awan Panas Sejauh 1,5 Km
Visual gunung juga terlihat jelas dalam periode pengamatan tersebut. Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah.
Sejumlah kegempaan juga masih terjadi dalam periode tersebut.
Masih didominasj kegempaan guguran sejumlah yang mencapi 238 kali, lalu ada hembusan 19 kali, serta hybrid atau fase banyak sejumlah 210 kali dan vulkanik dangkal sejumlah 53 kali dan low frekuensi hanya 2 kali.
Diketahui sebelumnya BPPTKG telah memperbarui rekomendasi daerah bahaya erupsi Merapi beberapa waktu lalu.
Keputusan itu diambil setelah terjadi luncuran awan panas Merapi sejauh 3 kilometer ke arah tenggara atau ke Kali Gendol pada Jumat (25/6/2021) lalu.
Hanik menjelaskan perubahan rekomendasi daerah bahaya tersebut memang berdasarkan pemodelan aliran awan panas yang ada di Merapi saat ini. Melihat itu baik kubah lava yang berada di sisi barat daya serta kubah lava yang berada di tengah kawah Merapi.
Hanik menambahkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara-barat daya sejauh maksimal 3 km ke arah sungai Woro. Lalu sejauh 5 km ke arah sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Sedangkan untuk kemungkinan jika terjadi lontaran material vulkanik saat terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya," imbuhnya.
Masyarakat juga diminta agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
Selain itu kegiatan penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III juga tetap direkomendasikan untuk dihentikan sementara waktu.
Ditambah dengan imbauan kepada pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak dalam kondisi saat ini.
Perlu diketahui juga hingga saat ini, BPPTKG masih menetapkan status Gunung Merapi pada Siaga (Level III). Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.