SuaraJogja.id - Muhammadiyah tengah merayakan milad ke-19 di tengah pandemi Covid-19. Peringatan milad salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia itu digelar di Sportorium, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kasihan, Bantul pada Kamis (18/11/2021).
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menyinggung soal perbedaan serta keragaman masyarakat Indonesia. Menurutnya, iklim bermasyarakat di tanah air cukup moderat dan tidak ganas.
"Semangat bersama masih kuat dalam jiwa gotong royong. Tinggal konsolidasi agar potensi-potensi perbedaan serta keragaman tidak menjadi faktor pemecah bangsa," kata Haedar.
Dia menyatakan, yang harus dikedepankan adalah persatuan. Ia juga menyoroti, slogan Bhinneka Tunggal Ika tak hanya menonjolkan soal keragaman.
Baca Juga:MUI Disusupi Teroris, Muhammadiyah: Kita Serahkan Pada Proses Hukum Yang Adil
"Jadi kalau Bhinneka Tunggal Ika yang ditonjolkan jangan hanya keragaman saja. Tapi melupakan persatuan, padahal kan titik beratnya di situ," terangnya.
Diakuinya bahwa keragaman yang ada di Indonesia sudah merupakan suatu anugerah. Meski demikian, persatuan harus menjadi komitmen bersama.
"Semua pihak harus mendorong terciptanya persatuan. Termasuk di media sosial di mana sering terjadi perbedaan sosial yang cukup keras," katanya.
Untuk itu, Muhammadiyah meminta agar mengutamakan titik temu dan persatuan.
"Maka kami mendorong agar mengedepankan titik-titik temu dan potensi untuk bersatu," ujarnya.
Baca Juga:Densus 88 Tangkap Pengurus MUI Terkait Terorisme, Haedar Nashir: Jangan Mudah Terprovokasi
Dia menambahkan, Muhammadiyah optimistis Indonesia akan menjadi negara yang maju meski indeks pembangunan manusia dan daya saing masih tertinggal dari negara ASEAN lainnya. Tanda Indonesia akan jadi negara maju yaitu ditunjuknya untuk jadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 2022.
"Indonesia berpotensi menjadi negara maju, dengan ditunjuknya sebagai presidensi G20. Itu kan kategorinya kelas pertumbuhan dan ekonomi yang bagus," jelasnya.
Lalu pada 2030 menurut para ahli, lanjutnya, Indonesia akan jadi kekuatan ekonomi nomor empat di dunia setelah Tiongkok, Amerika Serikat, dan India.
"Jadi Indonesia berada di peringkat empat dan disusul Jerman. Itu lima besar dunia dari aspek ekonomi setelah 2030."
"Sekarang tinggal bagaimana mendorong ekonomi ini terintegrasi dengan sosial budaya dan politik. Politik harus konsolidasi ke arah sistem berbangsa dan bernegara tidak jadi euforia terus seperti Pilkada dan sebagainya," paparnya.