SuaraJogja.id - Baru-baru ini terungkap cerita terbaru mengenai film KKN di Desa Penari yang tengah naik daun di seluruh bioskop Indonesia. Hal tersebut diungkapkan oleh penjaga Desa Rowo Bayu, Sudirman, dalam unggahan video yang dibagikan akun Instgaram Menteri BUMN Erick Tohir pada Selasa (17/5/2022).
Sebelumnya diketahui, film KKN di Desa Penari merupakan film yang kabarnya diangkat dari sebuah kisah nyata yang sempat viral pada beberapa tahun terakhir. Cerita tersebut menjadi viral usai diungah oleh akun Twitter milik SimpleMan yang ditulis dalam sebuah utas.
Menjadi salah satu film yang kontroversial, beberapa cerita terkait KKN di Desa Penari sengaja disamarkan hingga menyebabkan film yang satu ini masih banyak menyimpan teka-teki.
Namun setelah film tersebut tayang di bioskop satu per satu cerita mengenai cerita KKN di Desa Penari mulai terungkap ke permukaan. Bahkan, cerita baru cerita KKN di Desa Penari mulai bermunculan.
Yang terbaru adalah lokasi sebenarnya dari Desa Penari yang menjadi latar tempat dalam film tersebut.
Dikutip SuaraJoga.id dari Instagram Menteri BUMN Erick Thohir @erickthohir dalam wawancara langsung dengan seorang penjaga Rawa Bayu, Sudirman.
Rowo Bayu diyakini adalah lokasi KKN di Desa Penari, tepatnya berada di Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
"Itu cerita sesungguhnya dari versi kepala desa Rowo Bayu," kata Sudirman.
Dalam unggahan tersebut, Sudirman turut menegaskan bahwa cerita di balik film KKN di Desa Penari itu nyata adanya dan benar-benar terjadi di Desa Bayu. KKN tersebut berlangsung di tahun 2008 silam, di mana ada 6 mahasiswa yang ikut program KKN itu.
Baca Juga:Cerita Mistis Subardo Pemeran Hantu KKN di Desa Penari, Bapak-Bapak Curhat Istri Kalap Belanja
"Iya riil dan program KKN itu dilaksanakan di tahun 2008 dengan diikuti oleh 6 mahasiswa," tegas Sudirman saat Erick Thohir memastikan kembali kebenaran dari cerita dibalik film KKN di Desa Penari.
Lebih lanjut Sudirman menjelaskan, di antara enam mahasiswa itu, ada dua remaja yang saling mencintai, atau istilah Sudirman, ada ikatan cinta atau asmara.
Suatu hari, ketika menjelajahi kawasan Rowo Bayu, dua mahasiswa itu ke luar dari situs, agak ke utara.
“Di situ, keduanya ketemu dengan seseorang yang mengajaknya mampir,” kata Sudirman.
Orang itu, menjamu kedua masiswa dengan ramah hingga memberi makanan segala rupa. Saat mahasiswa KKN bertanya desa apa wilayah itu, dijawab oleh orang itu Desa Penari.
Selanjutnya, karena hari sudah sore, kedua mahasiswa pamit pulang. Saat pulang, keduanya diberi bingkisan bagus dibungkus kertas koran, yang kemudian diterima dan disimpan di dalam tas.
Keduanya langsung pulang ke Rowo Bayu, dan bertemu dengan teman-temannya di sebuah tempat di bawah tiang bendera, di kawasan wisata Rowo Bayu.
Saat ditanya kawan-kawannya baru dari mana, kedua mahasiswa itu menjawab baru dari sebuah desa bernama Desa Penari.
“Teman-temannya lalu protes, karena di sana tidak ada desa,” jelas Sudirman.
Tetapi dua mahasiswa itu ngotot bahwa ada yang disebut Desa Penari. Sebagai buktinya adalah bingkisan tadi.
Namun hal tak terduga terjadi, pasalnya setelah bingkisan tersebut dibuka ternyata bukan makanan yang mereka temukan malah kepala seekor kera yang baru saja dipotong.
“Dan begitu bungkusannya dibuka, isinya kepala kera,” kata Sudirman.
Menurut Sudirman, si lelaki saat itu pingsan dan meninggal beberapa hari kemudian. Selang sebulan kemudian, teman perempuan yang pergi bersama lelaki tersebut pun meninggal dunia.
Untuk membuktikan bahwa ceritanya benar, Sudirman memperlikatkan foto sumur dan lokasi lain di Rowo Bayu yang gambarannya sama dengan yang ada di film KKN di Desa Penari.
Menanggapi kesaksian dari Sudirman, Erick Thorir mengaku sampai merinding dan ketakutan mendengar cerita dari lelaki yang tengah duduk disebalahnya tersebut.
"Kalau ke Desa Penari siang-siang saja, kalo malam nanti saya tertinggal, saya takut," kata Erick Thorir sambil terkekeh.
Demikian, cerita terbaru dari cerita sebenarnya di balik film KKN di Desa Penari menurut pengakuan pengelola dan penjaga Rowo Bayu, Sudirman dalam wawancara bersama Menteri BUMN, Erick Thorir.
Kontributor : Gita Putri Rahmawati