Tanggapi Taktik Rusia Memobilisasi 300 Ribu Tentara Cadangan ke Ukraina, Dubes Vasyl: Panggilan Akhir Keputusasaan

Rusia memerintahkan mobilisasi militer menuju Ukraina

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 24 September 2022 | 11:31 WIB
Tanggapi Taktik Rusia Memobilisasi 300 Ribu Tentara Cadangan ke Ukraina, Dubes Vasyl: Panggilan Akhir Keputusasaan
Tank bergerak ke kota, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan operasi militer di Ukraina timur, di Mariupol, 24 Februari 2022. ANTARA/Reuters/Carlos Barria/as.

SuaraJogja.id - Presiden Rusia Vladimir Putin kembali bermanuver dengan memerintahkan mobilisasi militer parsial di Ukraina. Dilaporkan ada sekitar 300.000 tentara cadangan akan direkrut untuk mendukung pergerakan militer Rusia di Ukraina dalam waktu dekat.

Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, menyebut bahwa sebenarnya akan ada lebih banyak militer Rusia yang akan datang ke Ukraina. Bahkan mungkin saja ada 1 juta orang yang akan dikerahkan oleh Putin.

Namun jumlah itu dinilai tak sepenuhnya berasal dari orang-orang yang berlatar belakang militer. Melainkan dari berbagai latar belakang yang memang sengaja diminta untuk turun ke medan perang. 

"Sekarang mereka mulai merekrut penjahat dari penjara, memutuskan untuk memasukkan orang-orang seperti yang memiliki hutang di bank, pecandu alkohol, dan lainnya. Itu berarti apa? Mereka kehabisan sumber daya manusia," kata Vasyl saat diskusi di Fisipol UGM, Jumat (23/9/2022).

Baca Juga:WNA Rusia Ditemukan Tak Bernyawa di Museum Pendet Ubud Tanpa Busana

Selain dari sumber daya manusia yang menipis, kata Vasyl, pasukan Rusia yang dikirim pun tak dilengkapi dengan logistik yang memadai. Bahkan peralatan tempur mereka juga disebut tak sesuai standar.

"Bayangkan saja, ketika tentara Rusia memulai serangan ke Ukraina pada bulan Februari, kami menemukan tentara ini membawa paket makanan yang sudah kadaluarsa bertahun-tahun yang lalu, seperti kadaluarsa pada tahun 2015. Saat itu di bulan Februari (2022)," ungkapnya.

"Mereka mengenakan pakaian yang seperti zaman perang dunia kedua bukan pakaian modern, bukan rompi antipeluru. Tentu saja, beberapa kelompok seperti, resimen udara dan operasi Khusus dilengkapi dengan lebih baik, tetapi sebagian besar seperti itu gaya tahun 60-an," sambungnya.

Selain itu, Vasyl mengungkapkan bahwa Rusia juga mulai mengimpor drone dari Iran. Termasuk amunisi senjata dari Korea Utara.

Hal itu mencerminkan bahwa Rusia bukan hanya kekurangan sumber daya manusia tetapi juga teknik serta peralatan dalam pertempuran.

Baca Juga:WNA Rusia Ditemukan Tewas di Museum Pendet Ubud, Begini Kronologinya

"Jangan lupa tentang musim dingin di sana (Ukraina) yang sepertinya bisa mencapai suhu minus dan hujan salju yang juga kadang turun," ucapnya.

Menurutnya mobilisasi yang dilakukan oleh Rusia adakah tindakan keputusasaan. Mengingat dari segala keterbatasan yang mereka miliki saat ini. 

"Jadi sekarang Anda bayangkan setidaknya 300.000 orang datang ke wilayah ini tanpa amunisi yang layak tanpa perlengkapan seperti, antipeluru tanpa helm. Tanpa sepatu bot yang tepat tanpa senjata tanpa peluru dan tanpa tempat tinggal. Jadi mobilisasi untuk tentara Rusia merupakan sebuah panggilan terakhir yang putus asa," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini