Krisis finansial yang terjadi membuat nilai tukar rupia anjlok dari Rp2500 menjadi Rp16.900 per dollar AS.
Sedangkan inflasi meroket hingga 80 persen pada 1998 yang memicu kenaikan harga barang secara signifikan.
Krisis di masa itupun harus dibayar mahal. Situasi yang serba tak menentu membuat kepercayaan publik terhadap pemerintah menurun hingga menimbulkan demo besar-besaran lalu berujung pada lengsernya Soeharto dari kekuasaannya.
Momen krisis yang menimpa Indonesia tersebut tercatat sebagai krisis terparah di Asia Tenggara.
Baca Juga:Takut Ancaman Resesi Ekonomi 2023? Begini 5 Skenario Tepat Menghadapinya
Indonesia membutuhkan waktu 10 tahun untuk bisa pulih dari dampak krisis di tahun 1997-1998. Pertumbuhan ekonomi kembali stabil di angka 6,1 persen pada tahun 2007.
Resesi 2020
Berbeda dengan resesi pada 1963 dan 1998 yang disebabkan persoalan ekonomi, pada resesi tahun 2020 lalu pemicunya yakni krisis kesehatan yang disebabkan pagebluk covid-19.
Akibat dari pagebluk yang bermula dari China itu, lalu lintas perdagangan dan manusia drop secara global. Aktivitas ekonomi hingga sektor lainnya nyaris mati suri.
Dampaknya ekonomi Indonesia anjlok. Pada kuartal I-2020 mencatatkan kontraksi sebesar 5,32 persen. Untungnya Indonesia tak berkubang di situasi resesi dalam jangka waktu lama.
Ekonomi Indonesia berangsur pulih pada kuartal II-2021 dengan pertumbuhan 7,07 persen (yoy). Sementara itu di triwulan II-2022 pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat sebesar 5,44 persen (yoy).