Sosioloh Soroti Kasus Mutilasi Perempuan di Sleman, Tekanan Sosial hingga Relasi Kuasa

Grendi menduga ada tekanan sosial yang dirasakan pelaku hingga berujung pada aksiny mutilasi itu

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 23 Maret 2023 | 16:37 WIB
Sosioloh Soroti Kasus Mutilasi Perempuan di Sleman, Tekanan Sosial hingga Relasi Kuasa
HP, tersangka mutilasi seorang wanita di Sleman dihadirkan di Mapolda DIY, Rabu (22/3/2023). [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

SuaraJogja.id - Pakar Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Grendi Hendrastomo menyoroti kasus mutilasi seorang perempuan di Sleman beberapa waktu lalu. Motif ekonomi atau keinginan untuk menguasai harta korban disebut jadi alasan utama pelaku nekat melakukan aksi kejinya tersebut.

Dalam hal ini, Grendi menduga ada tekanan sosial yang dirasakan pelaku hingga berujung pada aksinya itu. Mengingat kondisi yang belum stabil pasca pandemi Covid-19 hingga jeratan utang di aplikasi pinjaman online (pinjol).


"Konsep pinjol itu kan gali lubang tutup lubang. Pelaku ini jadi tertekan. Apalagi kalau dia berhutang di pinjol, maka semua orang jadi tahu kalau dia tidak bayar karena debt collector akan meneror kesana-kemari," kata Grendi, Kamis (23/3/2022).


Tekanan yang dirasakan pelaku membuatnya berpikir untuk melakukan segala cara untuk mendapat uang. Termasuk dengan merampok atau mencuri harta dari korban. 

Baca Juga:Sosok Pelaku Mutilasi Wanita di Sleman: Pekerja Persewaan Tenda, Kenal Korban di Facebook


Namun, diakui Grendi motif pelaku yang berdalih hanya ingin menguasai harta korban itu masih cukup sangsi. Tidak menutup kemungkinan ada hal lain yang melatarbelakangi aksinya itu.


"Sebenarnya saya agak khawatir, apa iya sesimpel itu alasannya untuk menguasai harta benda. Apa ada sesuatu yang lain dibalik itu?" ucapnya.


Ia menilai motif untuk menguasai harta benda itu hanya sebuah turunan dari alasan utama. Dalam konteks ini yang diduga adalah harga diri pelaku yang merasa dicederai oleh korban.


Relasi kuasa disebut juga berperan dalam kasus ini. Apalagi korban adalah seorang perempuan yang sering dipandang lemah secara kultural.


“Nah, si pelaku ini juga kenapa memilih korban, karena ada relasi kuasa di sini. Perempuan sering dianggap lemah secara kultural. Meski tidak semuanya begitu," cetusnya.

Baca Juga:Bertindak Keji, Polisi Bakal Lakukan Pemeriksaan Kejiwaan Terhadap Tersangka Mutilasi di Sleman


"Kalau pelaku mau menguasai harta korban laki-laki misalnya, kemungkinan bakal dilawan balik," imbuhnya.


Ia menambahkan secara kultural memang hubungan antara laki-laki dan perempuan akan mudah menimbulkan relasi intimasi. Hal itu yang kemudian diyakini memunculkan faktor ketertarikan antara korban dan pelaku.


Hingga kemudian menjadi salah satu alasan korban akhirnya mau diajak bertemu oleh pelaku di sebuah wisma tersebut. 


"Korban adalah ibu tunggal, dimana ketika dia menjadi ibu tunggal atau yang biasa disebut sebagai janda, dia akan mendapatkan stigma negatif dan ntuk membangun relasi intimasi itu sulit dilakukan," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak