Pengamat Politik UGM: Baliho Jelang Pemilu Hanya Sampah Visual

Persoalan ini tak hanya harus dipikirkan oleh para capres dan caleg saja.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 03 Agustus 2023 | 12:50 WIB
Pengamat Politik UGM: Baliho Jelang Pemilu Hanya Sampah Visual
Ilustrasi Petugas Satpol PP DKI Jakarta menurunkan 2.792 lembar alat peraga partai politik atau caleg. (Antara)

SuaraJogja.id - Pemasangan baliho sosok-sosok capres hingga caleg di berbagai daerah masih marak dilakukan. Terlebih jelang Pemilu 2024 yang tinggal beberapa bulan lagi.

Pengamat Politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Arie Sujito menilai baliho capres hingga caleg jelang Pemilu 2024 mendatang tidak lagi diperlukan. Jika tetap dipasang justru baliho-baliho politik tersebut hanya akan menjadi sampah visual.

Menurutnya pesta demokrasi sekarang ini sudah tidak perlu dihiasi dengan penempatan-penempatan baliho berbau politik. Melainkan sebaiknya lebih berfokus kepada menampung aspirasi masyarakat.

"Iya [tidak perlu baliho] itu sampah visual. Kita ini Jogja sudah banyak sampah. Jadi nanti kalau sampah visual tambah ribut. Nah demokrasi jangan dikotori oleh baliho-baliho yang sering kali enggak berguna," kata Arie, dikutip Kamis (3/8/2023).

Baca Juga:Soroti Etika Berpolitik Para Capres dan Caleg, Pengamat Politik UGM Singgung Keterlibatan Masyarakat

Arie menyebut bahwa sosok-sosok politikus yang terlalu banyak menghadirkan baliho justru merupakan pribadi yang tidak terlalu percaya diri. Padahal seharusnya para calon wakil rakyat itu bertindak sebaliknya.

"Orang yang hanya menghadirkan baliho, sebetulnya dia gak percaya diri karena enggak berani ketemu rakyat. Harusnya dia berani bertemu rakyat," ucapnya.

Persoalan ini tak hanya harus dipikirkan oleh para capres dan caleg saja. Melainkan juga para tim sukses (timses) masing-masing pihak.

Agar kemudian dapat menciptakan suatu kampanye yang lebih efektif. Tanpa kemudian harus menciptakan sampah visual dengan berbagai baliho yang dipasang.

Disampaikan Arie bahwa selama ini baliho dan alat peraga kampanye laimmya itu yang cukup membuat biaya politik semakin tinggi. Dikhawatirkan hal itu justru berdampak negatif setelah yang bersangkutan terpilih nanti.

Baca Juga:Bawaslu Larang Anggota Dewan di Kaltim Selipkan Atribut Partai Saat Reses

"Termasuk kampanye-kampanye itu juga enggak perlu lah urakan yang selama ini ada. Sekarang harus lebih edukatif lebih dialog, lebih datangi ke masyarakat, enggak perlu banyak pasang baliho-baliho itu, kalaupun itu ya tapi sebetulnya itu enggak penting," sebut dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini