Sejumlah Wilayah Sleman Diselimuti Kabut Tebal, Begini Penjelasan BMKG

sejumlah wilayah di Sleman diselimuti kabut

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 31 Agustus 2023 | 11:30 WIB
Sejumlah Wilayah Sleman Diselimuti Kabut Tebal, Begini Penjelasan BMKG
Kabut yang menyelimuti kawasan, Mlati, Sleman, Kamis (31/8/2023). (Istimewa).

SuaraJogja.id - Sejumlah wilayah di Kabupaten Sleman diselimuti kabut tebal sejak beberapa hari terakhir. Pada pagi ini sejumlah wilayah kembali ditutupi kabut.

Kabut tebal itu menyelimuti wilayah seperti Godean, Tempel, Mlati, dan Turi. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memaparkan sejumlah penyebab terjadinya fenomena alam tersebut.

Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas menuturkan fenomena kabut merupakan fenomena alam yang cukup sering terjadi. Hal itu disebabkan kandungan udara dekat permukaan tanah cukup jenuh dengan uap air.

"Pada pagi hari tadi terjadi kabut karena kondisi atmosfer mendukung untuk terbentuknya kabut. Terbentuknya kabut ini merupakan fenomena alam yang sering terjadi yaitu dimana kandungan udara dekat permukaan tanah cukup jenuh denga uap air," kata Reni saat dikonfirmasi, Kamis (31/8/2023).

Baca Juga:Terdakwa Mutilasi Perempuan di Wisma Kaliurang Divonis Mati, Ayah Korban: Sesuai Keinginan

Kelembaban udara yang mendekati 100 persen itu mendukung terjadinya kabut. Ditambah apabila suhu udara di suatu daerah itu memang berada posisi yang cukup dingin atau di bawah titik beku.

"Biasanya kandungan uap air di dalam udara tersebut mempunyai kelembaban udara mendekati 100 persen. Jika kandungan udara yang cukup jenuh tersebut berada pada daerah yang suhu udaranya cukup dingin di bawah titik beku. Maka uap air tersebut akan berkondensasi maka bisa terbentuk kabut di wilayah Sleman pada pagi hari tadi," paparnya.

Berdasarkan pengecekan dari BMKG, Reni mengatakan memang kelembaban udara di beberapa kawasan Sleman cukup tinggi. Ditambah suhu udara pagi bisa mencapai di bawah 20 derajat celcius. 

"Setelah kami cek kelembababan udara cukup tinggi sekitar 95 persen dan suhu udara pada pagi hari tadi sekitar jam 6 pagi cukup dingin 19,6 derajat celcius. Sehingga hal itu memungkinkan terjadi kabut di Sleman dan sekitarnya," tuturnya. 

Disampaikan Reni, fenomena kabut ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga September mendatang. Mengingat saat ini wilayah DIY masih dalam periode musim kemarau.

Baca Juga:Terdakwa Mutilasi di Wisma Kaliurang Dijatuhi Hukuman Mati, Kuasa Hukum: Kami Pikir-pikir

Pasalnya pada musim kemarau tutupan awan masih sedikit. Sehingga suhu udara di pagi hari akan lebih dingin daripada biasanya dan disertai dengan kelembaban udara yang tinggi.

"Pada bulan Agustus dan September ini masih berpotensi terjadi kabut, karena masih dalam periode musim kemarau," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini