Cegah Kelaparan di Papua Tengah Terulang, Pemerintah Cari Varietas Umbi Tahan Kabut Es

Salah satu penyebab bencana kelaparan dan krisis pangan di Papua Tengah itu adalah cuaca ekstrem.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 12 Agustus 2023 | 14:05 WIB
Cegah Kelaparan di Papua Tengah Terulang, Pemerintah Cari Varietas Umbi Tahan Kabut Es
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

SuaraJogja.id - Pemerintah masih terus menangani persoalan kelaparan dan krisis pangan di Papua Tengah. Sejumlah upaya jangka pendek, menengah hingga panjang masih dimaksimalkan.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy mengungkap sudah mempersiapkan strategi khusus untuk mencegah bencana itu tak terulang kembali. Salah satunya dengan mencari varietas umbi yang dapat bertahan dengan kondisi iklim ekstrem di sana.

"Supaya tidak terulang nanti untuk jangka panjang kita akan mengkaji tentang varietas umbi-umbian yang cocok untuk wilayah itu. Terutama yang tahan ketika ada kabut es," kata Muhadjir dikutip Sabtu (12/8/2023).

Pasalnya, dikatakan Muhadjir, bahwa salah satu penyebab bencana kelaparan dan krisis pangan di Papua Tengah itu adalah cuaca ekstrem. Sehingga membuat stok pangan yang ada cepat membusuk.

Baca Juga:Update Penanganan Papua Tengah, Menko PMK Ungkap Kondisi Ketersediaan Pangan hingga Perpanjangan Runway Bandara

"Jadi yang sangat mematikan dan membikin busuk tanaman umbi-umbian yang sebagai makanan pokok mereka itu kabut es," tuturnya.

Pihaknya mengaku sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak. Termasuk dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mencari varietas umbi yang cocok untuk ditanam di daerah Papua Tengah.

"Ya nanti kita cari. Saya mendapatkan informasi dari IPB ada tanaman tertentu yang sekarang sudah digunakan di pegunungan Dieng," ucapnya.

"Kita lihat apakah suasana iklimnya, kemudian juga dinginnya sama enggak dengan pegunungan Dieng. Karena kayak di Agandugume itu ketinggiannya 9000 kaki itu berarti sekitar 4 ribu di atas permukaan laut," sambungnya.

Menemukan varietas tanaman yang cocok untuk bahan pangan warga itu dinilai krusial. Pasalnya distribusi logistik juga masih menjadi persoalan.

Baca Juga:Menko Muhadjir Sindir Pejabat yang Tutupi Kelaparan di Papua

"Kemudian udara tipis dan kemudian tidak semua pilot berani (landing) meskipun sudah punya brivet untuk landing di tempat itu. Kalau didata tidak sampai lima orang. Sehingga itu yang membikin sulit kita untuk mendrop bahan makanan di Agandugume itu," jelasnya.

"Tetapi nanti kalau Sinak, Agandugume ini sudah jadi, daratnya sudah dibangun yang dua hari satu malam itu insya allah bisa ditempuh tidak sampai, ya cuma cukup sehari udah bisa sampai," sebut dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini