Review Film: Jatuh Cinta Seperti Di Film-Film

Penantian panjang 5 tahun akhirnya berbuah manis.

Yohanes Endra
Senin, 27 November 2023 | 17:45 WIB
Review Film: Jatuh Cinta Seperti Di Film-Film
Jatuh Cinta Seperti di Film-Film. (IMDb)

Angkat topi setinggi-tingginya untuk Sheila Dara dan Dion Wiyoko. Meski tak menjadi pemeran utama, mereka mampu mewakili suara-suara keresahan para penonton. Setiap dialog, celetukan, atau perkataan yang keluar dari mulut mereka sukses membuat penonton sepakat dan terhibur. Sheila Dara pun menjadi salah satu tokoh yang membuktikan bahwa kejujuran adalah sesuatu yang mahal.

Pemutaran Jatuh Cinta Seperti di Film-Film yang digelar di Jogja-NETPAC Asian Film Fest atau JAFF. (Suara Jogja/Yohan)
Pemutaran Jatuh Cinta Seperti di Film-Film yang digelar di Jogja-NETPAC Asian Film Fest atau JAFF. (Suara Jogja/Yohan)

Setelah acara nonton bareng film "Jatuh Cinta Seperti Di Film-Film" selesai digelar di JAFF, Suara Jogja mencoba mengajak Ringgo Agus Rahman untuk berbincang. Pada kesempatan itu, ia mengutarakan bahwa pandemi, alih-alih menjadi penghalang proses pengerjaan, justru semakin menguatkan dirinya dan segenap tim dalam film tersebut.

Ringgo mengaku bahwa film ini sedemikian berharga dan mewah baginya lantaran di masa lampau, sebelum mengerjakan film ini, ia merasa diperlakukan seperti robot.

"Ini film yang sangat berharga buat gua karena prosesnya menurut gua mewah, gua nggak tahu kapan lagi gua dapat kesempatan ini. Selama gua berkarier, gua belum pernah. Belum pernah apa? Gue selama ini selalu terima script, kadang ada sutradara atau tim yang terlibat tuh mau membantu gua untuk mencari karakter apa yang kira-kira cocok, yang kira-kira gua mau, yang bikin gua nyaman. Tapi kebanyakan mereka cuma kasih script," ujar Ringgo.

Baca Juga:4 Aplikasi Nonton Film Korea dan Drakor, Cocok buat Nobar Tahun Baru

"Mereka tidak peduli bagaimana gua melakukan pendekatan terhadap karakter di film itu. Ketika proses reading yang kadang-kadang sekadar ketemu rutin, baca, baca, baca. Ketika itu udah sering sekali, gua selalu dapat film kayak gitu, gitu, gitu. Jadi kayak robot ya. Padahal, gua aktor yang bisa berpikir," imbuhnya.

Perjalanan penuh suka duka tersebut rupanya berimbas cukup buruk bagi Ringgo. Selama berkarier di dunia film, ia sempat merasakan jenuh dan mempunyai luka tersendiri.

"Gua merasakan kejenuhan. Gua punya luka sendiri terhadap apa yang gua lakukan. Gua sempat nggak mau main lagi. Gua sempat tiba-tiba jadi kru iklan. Gua mulai dari bawah lagi. Gua mulai dari production assistant lagi. Karena menurut gua, gua butuh hal yang lain dulu. Kenapa? Karena tiba-tiba dunia akting yang tadinya gua cinta, tiba-tiba jadi sesuatu yang monoton karena industrinya seperti itu. Sampai akhirnya gua ditemukan oleh Yandy yang punya treatment berbeda, sampai akhirnya di film kedua Yandy yang gua mainin ini diberikan kesempatan untuk tidak jadi robot," kata Ringgo.

Menurut Ringgo, Yandy Laurens punya perlakuan yang berbeda terhadap para pemain maupun tim yang bekerja dalam film arahannya, bila dibandingkan dengan sutradara lainnya.

"Yandy itu mau terima masukan semuanya, bukan cuma gua sebagai aktornya, bahkan teman-teman lainnya dia, teman-teman sutradara dia, DOP-nya dia, dia tuh mau terima itu. Hal yang paling luar biasa. Kalau kita lagi syuting, saat dia kasih tau gua ada yang kurang, Yandy nyamperin gua dan bisik-bisik, 'Nggo, tadi gua rasa ada yang kurang.' Kenapa bisik-bisik? Sedangkan sutradara lain banyak yang teriak, 'Woy, lo tadi kurang ini!' Didengar orang-orang, buat gua nggak masalah sebenarnya, tapi Yandy merasa, kesannya seperti merendahkan orang lain, kesannya kayak gua tidak menganggap lo mampu. Bukan hanya memanusiakan manusia, dia tahu ini butuh sesuatu yang intim dan personal, dan dia melakukan itu. Di tangan Yandy gua jauh-jauh merasa lebih berharga," pungkas Ringgo Agus.

Baca Juga:4 Film Menegangkan yang Cocok Ditonton saat Tahun Baru

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini