SuaraJogja.id - Sejumlah Warga Yogyakarta yang tergabung dalam komunitas budaya Patembayan Nusantara menggelar aksi Larung Sukerta membersihkan Yogyakarta dari pengaruh jahat Ade Armando di Kali Gajah Wong, Gambiran, Kemantren Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Selasa (05/12/2023). Selain membuang poster dan tong sampah yang merupakan personifikasi Ade Armando, mereka menuntut politisi PSI tersebut meminta maaf secara langsung kepada Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X.
"Maaf ya maaf [silahkan], tapi bukan apa-apa harusnya beliau (Ade Armando) berani minta maaf secara langsung kepada sri sultan selaku gubernur, raja yogyakarta," papar Koordinator Patembayan Nusantara, Pedro Indarto disela aksi.
Tak hanya pada Sultan, Ade Armando yang menyentil politik dinasti DIY juga dituntut meminta maaf kepada rakyat Yogyakarta secara langsung. Sebab permintaan maafnya di sosial media (sosmed) dinilai tak cukup.
"Dia juga harus minta maaf kepada kawula Ngayogyakarta Hadiningrat. Secara langsung. Kalau hanya di video kami pun juga bisa, tapi bukan sebagai sifat yang gentle (kesatria-red)," tandasnya.
Pedro menambahkan, meski Ade Armando sudah meminta maaf pasca pernyataannya terkait politik dinasti yang terjadi di DIY, warga Yogyakarta, kelompok intelektual, serta penegak hukum bisa saja tetap melaporkan Ade Armando. Sebab pernyataan itu dinilai masyarakat menciderai sejarah dan keistimewaan DIY.
Apalagi keistimewaan DIY diakui negara. Pemerintah bahkan menetapkan UU Keistimewaan Nomor 13 Tahun 2012 yang menyatakan gubernur dan wakil gubernur dipilih melalui penetapan alih-alih pilkada seperti daerah lain.
"Ada permasalahan di tingkat nasional yang disampaikan ade armando, kami melawan. Kedepannya kegiatan larung sukerta ini menjadi spirit bagi kelompok intelektual, penegak hukum, bagi para pengacara untuk melaporkan, melakukan langkah-langkah yang terukur, yang tepat sesuai regulasi. Lawan ade armando, jika perlu laporkan sesuai regulasi yang ada," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi