Sebulan Tak Hujan, Warga Panggang Gunungkidul Terpaksa Beli Air Bersih Keliling

warga Padukuhan Temuireng 1, Mini mengungkapkan hujan tidak turun sejak sebulan yang lalu. Kondisi ini membuat musibah kekeringan yaitu kesulitan mendapatkan air bersih

Galih Priatmojo
Sabtu, 18 Mei 2024 | 12:01 WIB
Sebulan Tak Hujan, Warga Panggang Gunungkidul Terpaksa Beli Air Bersih Keliling
Ilustrasi warga tampung air bersih. [Ist]

SuaraJogja.id - Hujan mulai menghilang dari bumi Handayani Gunungkidul. Sejumlah warga Gunungkidul sudah mulai merasakan dampaknya. Warga di sejumlah tempat sudah mulai kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. 

Masyarakat di beberapa titik di Gunungkidul sudah mulai membeli air bersih dari pihak swasta. Mereka terpaksa merogoh koceknya lebih dalam karena persediaan air bersih sudah tidak ada lagi dan sumber air bersih juga menghilang. 

Seperti yang dirasakan oleh warga Kalurahan Girisuko, Kapanewon Panggang, Gunungkidul. Mereka mulai kesulitan untuk mendapatkan air bersih usai hujan sudah nyaris sebulan tidak turun

Salah seorang warga Padukuhan Temuireng 1, Mini mengungkapkan hujan sudah tidak turun sudah sejak sebulan yang lalu. Kondisi ini membuat musibah kekeringan yaitu kesulitan mendapatkan air bersih. Warga sudah mulai membeli air bersih dengan biaya yang tidak murah. 

Baca Juga:Muncul Lagi Tumpukan Sampah Ilegal di Gunungkidul, Kali Ini Sasar Tanah Milik Warga

"Yang sudah membeli air itu di Padukuhan Temuireng 1, Padukuhan Temuireng 2, dan Padukuhan Gebang," terangnya. 

Mini menjelaskan, sulitnya mendapatkan air bersih itu mulai mereka rasakan sejak 2 pekan ini. Persediaan air di penampungan warga sudah habis sementara air telaga juga sudah mulai mengering. 

Telaga dekat perkampungannya mulai mengering. Meski masih ada airnya, namun tidak bisa dimanfaatkan warga. Sehingga sstu-satunya upaya yang mereka lakukan saat ini adalah membeli air dari penyedia jasa air bersih. 

Keluarga kecilnya yang terdiri dari 2 anak dan suami sudah menghabiskan 3 tangki air bersih kapasitas 5 ribu liter. Di mana per tangki ukuran 5000 liter dia harus menebus dengan uang Rp 130 ribu. Sebuah angka yang tidak kecil di tengah situasi ekonomi yang tengah di masa sulit. 

“Kami sudah tidak tahu harus bagaimana lagi, terpaksa membeli air dengan harga Rp 130 ribu per tangki,” katanya.. 

Baca Juga:Hati-hati!, Sejumlah Wisatawan Disengat Ubur-ubur saat Berlibur ke Pantai Gunungkidul

Mini berharap agar hujan segera turun kembali dan ada uluran dari pemerintah. Karena jika harus membeli air bersih terus, kebutuhan hidup lain tidak bisa tercukupi mengingat suaminya sebagai buruh serabutan dengan hasil yang tidak menentu. 

Dia pun mengutarakan wilayahnya selalu mengalami kesulitan air bersih ketika  musim kemarau melanda karena belum aliran pipa dari Perusahaan Daerah Air Minum serta Handayani sampai ke wilayahnya. 

Dikonfirmasi terpisah Lurah Girisuko, Jamin Paryanto mengungkapkan jika hujan sudah menghilang sebulan sekitar satu bulan tidak ada turun hujan. Hal ini memicu warga kesulitan mendapatkan air bersih terutama wilayah yang belum terjangkau pipa PDAM.

Setidaknya warga di tiga padukuhan mengalami kesulitan air bersih ketika musim kemarau. Di mana Sebagian sudah membeli air karena ketersediaan air hujan di bak penampungan sudah habis. 

"saya sendiri sudah beli air sebanyak 8 tangki," tandasnya. 

Kekeringan di kalurahan tersebut sudah berlangsung bertahun-tahun, terkhusus saat hujan tidak turun. Bahkan pemerintah kalurahan sendiri mengaku kewalahan untuk bisa mengentaskan permasalahan ini. 

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak