Mahasiswa UGM Sulap Sampah Plastik Jadi Batako Anti Gempa, Intip Cara Kerjanya

Pembuatan EnviroBlock juga memikirkan mitigasi dampak bencana gempa bumi.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 09 Juli 2024 | 10:42 WIB
Mahasiswa UGM Sulap Sampah Plastik Jadi Batako Anti Gempa, Intip Cara Kerjanya
Potret sejumlah mahasiswa menunjukkan pembuatan produk EnviroBlock di UGM. [Hiskia Adika/Suarajogja.id]

SuaraJogja.id - Tim Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) Universitas Gadjah Mada (UGM) berinovasi dengan pengolahan sampah plastik. Inovasi itu berupa batako yang tak hanya terbuat dari campuran sampah plastik tapi juga dibuat agar lebih tahan gempa.

Tim Leader proyek tersebut, Yohanes Mario Putra Bagus menuturkan inovasi itu muncul dari keresahan dan keprihatinan timnya terkait permasalah sampah di Indonesia. Terutama sampah-sampah plastik yang terurai sangat lama.

"Ini berangkat dari keresahan dan keprihatinan kami terhadap permasalahan sampah di Indonesia. Jadi ini menjadi fokus penanganan," kata Mario, dikutip, Selasa (9/7/2024).

Mahasiswa Teknik Fisika UGM itu menuturkan tak hanya sampah plastik saja yang digunakan dalam pembuatan produk bernama EnviroBlock tersebut. Melainkan juga limbah sekam padi serta oli bekas.

Baca Juga:Terinspirasi Tungku Arang, Warga Sleman Ciptakan Mesin Pengolah Sampah Jadi BBM

"Nah dari itu kami ingin mengelola ketiga bentuk sampah itu karena kami juga melihat salah satu manfaat dari beberapa sampah itu untuk peningkatan kualitas batako. Kemudian kami memikirkan untuk membuat EnviroBlock tapi tidak itu saja kami juga memikirkan untuk mitigasi dampak bencana gempa bumi," ujarnya.

Mohammad Ridwan, anggota tim lainnya, mengatakan komposisi untuk pembuatan batako itu sudah melalui riset. Penelitian untuk EnviroBlock sendiri sudah dimulai sejak April kemarin.

Komposisi perbandingan antara semen dan plastik yakni 1:6. Mereka setidaknya menggunakan sampah plastik sebesar 25 persen kemudian dicampur pasir, lalu sekam padi sekitar 10 persen dan oli sekitar 1-3 persen.

"Takaran itu menentukan produk kami. Prosentase ini sudah melwati beberapa riset, tidak bisa terlalu banyak maupun terlalu kurang," ucap Ridwan.

Shafa Zahra Aulia, selaku anggota tim lainnya menyebut bahwa abu sekam padi memiliki kandungan silika yang tinggi. Hal itu berfungsi untuk meningkatkan kualitas batako.

Baca Juga:Aroma Politik Kian Menyengat di Balik Kasus Harun Masiku, KPK Diragukan?

"Abu sekam padi memiliki kandungan silika yang tinggi. Silika ini berfungsi untuk meningkatkan kualitas ketahanan batako sehingga tidak mudah retak," tutur Zahra.

Anggota tim lainnya, Rakha Faiq Muyassar, menambahkan terkait produk batako yang dapat meminimalisir dampak gempa bumi tersebut. Hal itu dikuatkan dengan desain yang dibuat sedemikian rupa.

"Kami juga punya inovasi lainnya yaitu sebagai meminimalisir dampak gempa bumi, ini ditandai dengan desain kami yang menggunakan desain interlocking dimana desain ini bisa menahan gaya lateral saat terjadi gempa bumi. Sehingga bisa meminimalisir dampak gempa bumi," kata Rakha.

"Jika kita tidak menggunakan teknologi ini dan menggunakan batako biasa ketika terjadi gempa bumi itu nanti akan terjadi patahan atau retakan di batako tersebut," sambungnya.

Ratri Dwiyanti menambahkan pihaknya juga memperhatikan keberlanjutan dari bisnis tersebut. Alasan itu juga yang mendasari pemilihan tiga bahan utama dari batako itu.

"Ya dari sisi aspek pengerjaan dan juga produksi itu bisa ditekan dari segi biaya. Dari sisi penjualan produk kami juga lebih unggul daripada batako konvensional dan batako plastik lainnya yang ada di pasaran karena memang produk kami ini dipatok dengan harga Rp5.300 /pcs," ujar Ratri.

"Atau dalam satu paket penjualan itu isinya 12 batako yang kemudian dijual Rp63.600 /pcs yang kemudian kami tunjukkan ke segmen pasar kami yaitu agen property perumahan juga konstruksi bangunan," tambahnya.

Sekarang tim PKM-K ini selalu memperhatikan quality control produknya. Tujuannya untuk dapat terus memenuhi standarisasi yang ada di pasaran.

Terkait produksi sendiri memang belum bisa dilakukan secara massal dalam kategori manufaktur. Pihaknya saat ini hanya melayani beberapa pesanan saja dengan rata-rata perhari memproduksi 120-an batako.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini